By Dedi Mustofa on Mar 15, 2015 11:36 am PASBERITA.com - Sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional tahun 2016 mendatang, Provinsi Jawa Barat bertekad untuk menjadi juara umum pada PON XIX tersebut. Jawa Barat terakhir menjadi juara umum PON tahun 1961 yang juga digelar di Jawa Barat. Dalam acara hitung mundur 555 hari jelang PON XIX Jawa Barat 2016, yang digelar di Lapangan Sempur, Kota Bogor, Minggu pagi (15/3), Gubernur Jaw Barat Ahmad Heryawan mengungkapkan tekad tersebut dihadapan ribuan warga Bogor yang hadir. "Terakhir Jawa Barat menjadi tuan rumah PON V tahun 1961, tepatnya 53 tahum silam. Oleh karena itu, tekad Jawa Barat pada PON 19 tahun 2016 nanti, sebagai tuan rumah Jawa Barat sabisa-bisa Insya Allah pasti menjadi juara umum", ungkap Aher dalam sambutannya. Pada PON V tahun 1961 tersebut, Jawa Barat berhasil meraih juara umum untuk yang ketiga kalinya setelah PON II dan III. Pada PON XVIII/2012 di Riau, Jawa Barat hampir menjadi juara umum dengan hanya terpaut beberapa mendali dengan DKI Jakarta. Dan untuk suksesnya penyelenggaraan PON XIX/2016, Jawa Barat pun mencanangkan catur atau empat sukses PON, yaitu: sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, sukses ekonomi masyrakat, dan sukses administrasi, dengan Kujang sebagai Logo dan Mang Surili sebagai maskotnya. Melalui catur sukses ini Jabar bertekad pula untuk menjadi penyelenggara terbaik PON. PON XIX/2016 akan mempertandingkan 43 cabang olahraga yang diikuti 34 provinsi, dengan memperebutkan 750 medali emas, 750 medali perak, dan 962 medali perunggu. Atlet yang ikut berpartisipasi pada PON yang digelar tanggal 9-21 September 2016 ini sebanyak 8.223 orang. Jabar sendiri akan menyiapkan kurang lebih 600 atlet dan 200 orang lebih official. Sedangkan official, panel, tamu, serta panitia yang akan hadir kurang lebih 13.000 dan akan melayani 3.000 lebih wartawan cetak maupum elektronik. Pelaksanaan pertandingan akan digelar di lokasi venue yang tersebar di 14 kabupaten/kota di Jawa Barat, yaitu: Kota Bandung, Bekasi, dan Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Pangandaran, Cirebon, Subang, Sumedang, Purwakarta, Sukabumi, Bogor, Bekasi, dan Karawang. Sementara itu, dalam acara 555 hari jelang PON XIX Jawa Barat 2016 di Lapangan Sempur digelar berbagai kegiatan seperti lomba menggambar bernuasa PON, serta ada pula booth wall of spirit berupa kain sepanjang 12 meter. Pada kain ini, Gubernur Ahmad Heryawan serta warga Bogor yang hadir membubuhkan tandatangan serta kesan-pean seputar PON. Ada pula wall of fame dimana warga dapat berfoto dengan latar belakang gambar dan tulisan 555 hari jelang PON XIX Jawa Barat 2016. Selain itu, acara ini juga dimeriahkan oleh sejumlah tarian tradisional Jabar serta penampilan beberapa artis ternama. Acara ini turut dihadiri Ketua Komisi I, III, dan V DPRD Jabar, PB PON XIX/2016, Ketua Koni Jabar, para Asisten Daerah Setda Provinsi Jabar, Walikota dan Wakil Walikota Bogor serta jajarannya, Ketua DPRD Kota Bogor, Bupati Kab. Bogor, Ketua DPRD Kab. Bogor, Walikota Sukabumi, Bupati Kuningan, Wakil Bupati Garut, perwakilan pemda kabupaten/kota di Jabar, serta ribuan masyarakat dari Kota dan Kabupaten Bogor.(*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Mar 15, 2015 11:31 am PASBERITA.com - Anggota Komisi III DPR Nashir Djamil mengatakan, Presiden Jokowi mulai ragu dengan eksekusi terhadap dua gembong narkoba asal Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Hal itu disebabkan adanya ancaman untuk membuka hasil sadapan pembicaraan Presiden Jokowi semasa kampaanye pilpres. "Semakin kita tunda maka semakin kita ragu untuk bertindak. Ibarat arena tinju, posisi Indonesia saat ini semakin tersudut dan mulai bersandar ke tali ring tinju," ujar Nashir di Jakarta, seperti dilansir tribunnews, Minggu (15/3/2015). "Indonesia takut sama Australia karena negara kanguru tersebut telah banyak membantu Indonesia terutama dalam hal pendidikan dan pembangunan serta penangangan terorisme," tambahnya. Menurut Ketua DPP PKS itu, Australia akan terus melancarkan serangan. Seharusnya, Indonesia sekali-kali menyerang seperti Menkopolhukam yang mengancam Australia akan menjadi lautan manusia jika tidak menahan para imigran yang akan masuk ke negeri kangguru itu. "Sepertinya Australia ingin meng-KO-kan Indonesia dengan ancaman dan opini yang dilancarkannya," imbuhnya.(*)
Read in browser » By Rie on Mar 15, 2015 10:03 am PASBERITA.com - Setelah menghilang kurang lebih 4 hari sejak Rabu (11/3/2015) sekitar pukul 13.00, Susi Susanti (25), warga Jalan KH Wahid Hasyim Lorong AA, No 539, RT 21/05, Kelurahan 2 Ulu, Kecamatan SU I, dan sabahatnya yakni Rika Soraya Rahman (24), warga Sultan Mansyur Lorong SDN 8, Bukit Lama, IB I, Palembang akhirnya ditemukan anggota Polsek Lengkong, Bandung. Kedua korban ditemukan anggota Polsek Lengkong Bandung dalam keadaan linglung di kawasan Masjid Agung Bandung, Sabtu (14/3/2015) sekitar pukul 21.00. Baca juga: Dua Wanita Alumni FKIP UNSRI Dinyatakan Hilang Saat Hendak Jual Motor "Mereka kita temukan dalam keadaan linglung. Nah saat kami korfirmasi dengan Kasat Narkoba Poresta Palembang, Kompol Maruly Pardede, ternyata benar ketika dikirimkan foto. Kami pun langsung mengamankannya," ungkap Kanit Reskrim Polsek lengkong Bandung Ipda Ali Jupri dan Kanit Patroli Ipda Asep Supriadi, ketika dihubungi melalui teleponnya seperti dilansir Tribun. Ali mengatakan, keadaan mereka berdua Susi dan Rita baik-baik saja. Dari pengakuan mereka saat hendak menjual motornya Susi di Palembang mereka ketemu wanita mengenakan Jilbab dan bercadar. "Setelah mereka bersalam, mereka berdua pun tidak ingat apa-apa, yang ada saat sadar mereka bertemu dengan saya. Dan masalah motor pun ia tidak tahu dimana," katanya. Ketika ditanya, kapan Susi dan Rita diantarkan pulang ke Palembang, Ali menjawab, pihaknya dengan berkoordinasi dengan keluarga mereka. "Setelah berkoodinasi, keluarga malam ini (kemarin malam, red) mau berangkat ke Bandung, dan mungkin besok dari Bandung sudah menuju Palembang, naik pesawat pagi," kata Ali. (*)
Read in browser » By Rie on Mar 15, 2015 09:47 am PASBERITA.com - Mendengar isue akan ada penetapan pajak kepada semua sektor kehidupan termasuk warteg, tukang gudeg sampai kepada penjahit, jadi teringat sebuah film si Unyil. Dalam film itu ada dua tokoh yang sangat terkenal yaitu Pak Ogah dan Pak Ableh. Kedua tokoh ini telah menjadi symbol sebagai tukang palak, pemalas, tidak kreatif, pengangguran, berfikir pendek, suka jalan pintas, tidak punya harga diri, tidak tahu malu, tidak punya rasa kasih sayang, anak kecil jadi sasaran palaknya. Begitulah mental ke dua tokoh terkenal dalam film si Unyil. Kita bisa bayangkan bagaimana jadinya jika mentalitas seperti ini dimiliki oleh para peyelenggaran Negara….? Tukang palak tidak perlu sekolah tinggi tinggi, tidak pusing pusing bagaimana caranya mendapatkan Devisa dan kekayaan Negara, mulai dari susu bayi sampai tanah kubur harus kena pajak, bahkan mulai dari susu ibu hamil sampai menjaga tanah kuburan agar tidak hilang juga harus kena pajak, sekarang mulai merambah ke tukang gudeg, WarTeg, tukang jahit juga harus kena pajak, sebentar lagi orang kentut juga harus kena pajak. Si Ableh dan Si Ogah barang kali sekarang lagi buka tender untuk membuat alat sensor kentut, agar dipasang ditempat umum..jadi nantinya setiap keluar rumah kita harus bawa uang receh yang banyak, untuk pipis, BAB, Kentut, buang ludah, lewat jembatan, nyebrang jalan, keluar dari pertigaan, masuk tol dan lain lain… Si pemalas enggan berfikir bagaimana caranya mencari uang yang terhormat, bergengsi halal dan berkah. Kekayaan yang begitu melimpah mulai dari tambah sampai tanam-tanaman tidak di fikirkan bagaimana caranya mengolah dengan baik, serta mempersiapkan SDM anak bangsa yang mampu mengolah. Yang difikirkan Cuma bagaimana kekayaan Negara ini secepatnya bisa menghasilkan uang. Karena itulah cara berfikir Pak Ogah. Jadi ogah mikir, ogah cape, ogah kerja keras dan seterusnya. Yang paling enak tinggal panggil orang-orang bule untuk segera mengeruk kekayaan itu, berapapun sedikitnya bagi hasil yang penting segera bisa menghasilkan uang. 65 tahun meredeka lomba-lombanya masih makan kerupuk saja, gigit duit disemangka, balap karung, paling banter panjat pinang…. Kapaam yaa kita bisa lomba merakit computer, buat robot, televise, radio, pemancar, lomba riset, penelitian, karya ilmiyah semua diselenggarankan ditiap-tiap RW.. waaah… mimpiiiii… ya mimpi bagi si Pemalas Untuk berfikir... Tidak kereatif untuk mencar modal sendiri yang sering dijadikan alasan untuk mengundang investor asing, tidak kereatif bagaimana caranya mencetak anak-anak bangsa agar bisa terampil bisa mengolah kekayaan alamnya sendiri. Tidak percaya diri bahwa kita mampu mengolah kekayhaan alam kita sendiri asalkan kita punya strategi pembangunan dan sekala prioritas dalam menyusun strategi tersebut, desertai sikap sabar, tidak kebelet melihat emas, minyak, gas, batubara dan potensi kekayaan Negara lainya, tidak buru-buru berfikir agar jadi uang, tapi berfikir bagaimana caranya anak bangsa kita bisa mengolahnya. Pak Ogah dan Pak Ableh tidak bisa melihat anak-anak pegang uang, langsung ingin memilikinya dengan cara paksa atau memalak. Tidak bisa menahan sabar terus mencari uang dengan keringatnya sendiri, jadi sekarang dilihat sekarang juga harus didapat. Pengangguran adalah orang yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan, sekian banyak lahan nganggur, peluang begitu luas, tetapi tidak bisa dilihatnya, sehingga pada saat yang bersamaan banyak orang yang kerjanya nongkrong-nongkrong, gajag-gijig, trek-trekan, geng-gengan dan lain lain… lebih bahaya lagi tidak tahu orientasi mau kemana kita berjalan. Dengan lantang mengatakan " ngegara kita bukan negara agama atau negara sekuler, bukan Negara kapitalis liberalis, bukan Negara sosialis komunis, bukan Negara ini dan bukan Negara itu, jadi Negara kita adalah Negara yang bukan bukan.." yang di fikirkan oleh Pak Ableh dan Pak Ogah yang penting hari ini saya bisa tidur pulas dan nyenyak.. Berfikir pendek adalah berkir sekarang, hari ini, bulan ini, tahun ini, atau generasi sekarang. Tidak berfikir 5 tahun, 10 tahun 100 tahun, nasib anak, cucu, cicit, cecet , cucut dan seterusnya. Hari ini yang penting gedung-gedung tinggi sudah berdiri, lapangan golf sudah banyak, real estate sudah menjamur, mobil-mobil mewah sudah berkeliaran, mall, ITC, Town Scuare sudah ada dimana-mana. Barang-barang tambang sudah mulai digali, emas sudah dikuras, minyak udah eklpoitasi dan sterusnya. Sudah tidak lagi berfikir Visi Misi dan Strategi, bagaimana strategi kemandirian Negara, strategi melunasi hutang-hutang Negara, strategi mengentaskan kemiskinan, memberdayakan pengemis dan pengamen yang semangkin tak terkendali, tidak lagi berfikir sekala prioritas, mana urusan nyawa, mana urusan gengsi, mena urusan nasi mana urusan dasi. Tidak ada bicara pelita atau repelita, atau pembangunan 10 tahun dan srusnya. Yang difikirkan Pak Ableh dan Pak Ogah adalah yang penting hari ini saya punya uang.. hari ini saya Kenyang…..! Cari jalan pintas, dengan harta karun, dengan main dukun, dengan hutang sana sini, dengan melacurkan diri, atau placuran poliitik, dengan menjual asset Negara, semua yang terbayang dibenaknya hanya uang dan uang. Tidak peduli dampak nya, tidak bisa menggunakan matematika antara pajak minuman keras misalnya dengan kerugian yang ditimbulkan, mulai dari subsidi ruamh sakit, anggaran rehabilitasi, sampai pada kerugian social yang terhigung lagi besarnya tidak bisa dikalkulasi, yang ada semua pajak yang penting duit masuk. Judi, Pelacuran minuman keras gak apa apa yang penting ada pajak… itulah gaya pak Ableh dan Pak Ogah.. Tidak punya harga diri dan tidak tahu malu, inilah mentalitas pak Ableh, yang suka malakin kepada anak anak kecil karena yang terfikir hanya uang. Bisa kita saksikan dari gaya hidup mulai dari rakyat sampai para penyelenggaranya, symbol-simbol, lambang-lambang, protokoler, ceremonial dan sebagainya sampai kepada penyesusunan RAPBD dan RAPBN, tidak terlihat sedikitpun menggunakan Pradigma Negara Kerisis atau Negara kere. Semua dibangun diatas dasar paradigma Negara maju, gengsi tidak pada tempatnya, akhirnya malu-maluin, seperti orang kampung mabok tapi uangnya patungan… timpalannya bakwan dan singkong..gaya hidupnya seoalah-olah tinggal dinegara kaya dan maju. Tidak punya rasa kasih sayang, itulah pak Ogah dan Pak Ableh, sekaligus pengecut, karena beraninya malak sama anak-anak kecil teman-temanya Unyil. Warteg pada umumnya adalah warung nasi untuk kelas menengah kebawah, walaupun ada warteg yang agak elit tapi sedikit, juga segmennya tetap saja buat wong cilik. Kalo ini juga akan dikenakan pajak, tidak bisa dihindari lagi bahwa harga makan di warteg juga akan naik. Tentu saja akan semakin memberakan lagi untuk orang kecil. Tapi dasar pak Ogah tidak punya rasa kasih sayang, tidak punya rasa malu dengan teganya juga masih melirik kantong-kantong wong cilik. Benilah nasib tinggal di negeri pemalak, Para Penyelenggaranya negaranya Pak Ableh dan Pak Ogah…ooh nasib… Penulis: Abdullah Muadz ( Bang Uwo )Ketua Umum Assyifa Al-Khoeriyyah SubangPendiri Pesantren Ma'rifatussalaam Kalijati subangPendiri, Trainer & Presenter di "Nasteco"Pendiri dan Trapis Islamic Healing CantrePendiri LPPD Khairu Ummah Jakarta
Read in browser » By Dedi Mustofa on Mar 14, 2015 10:07 pm PASBERITA.com - Pengamat Ekonomi, Ichsanuddin Noorsy menilai, pemerintah tidak menyentuh persoalan fundamental ekspor mebel dan tekstil Indonesia. Menurut Noorsy, pada hakikatnya melalui paket kebijakan ekonomi baru, pemerintah hendak menguatkan nilai tukar rupiah dengan jalan memperbesar penerimaan dolar. Terlebih ketika harga bahan mentah Indonesia jatuh di pasar dunia. Maka pemerintah memandang sektor industri mebel dan tekstil Indonesia sedang berpotensi ekspor besar.
"Tapi dengan seperti itu, muncul pertanyaan. Pangsa pasarnya membesar apa enggak? Permintaan pasarnya naik apa enggak?" kata Ichsanuddin Noorsy saat dihubungi Republika, Sabtu (14/3) di Jakarta.
Apalagi, bila memperhatikan jangka waktu penerimaan dolar ke Indonesia dari sektor mebel dan tekstil. Noorsy menuturkan, dampak ekspor keduanya baru kelihatan beberapa bulan kemudian. Misalkan, produksi tekstil atau mebel pada bulan ini, itu baru bisa dikirim ke negara-negara tujuan tiga bulan mendatang. Sehingga, dolar yang dibayarkan ke Indonesia pun mesti menunggu sampai tiga bulan juga. Advertisement
Noorsy menegaskan, dirinya tidak mengamati bahwa ada kenaikan permintaan mebel maupun tekstil Indonesia. Apalagi, hasil tekstil dan mebel Indonesia sendiri, jelas Noorsy, bersaingan ketat oleh Vietnam, Myanmar, dan Cina.
"Di era SBY, sudah terjadi dukungan terhadap pertekstilan. Ada upaya meningkatkan karena industri pertekstilan kita dihajar habis oleh Cina," ujar dia.
Dukungan Presiden Jokowi dianggap optimal bila setidaknya berfokus pula pada persoalan dalam negeri. Untuk soal industri mebel, kata dia, akar masalahnya terletak pada ekspor rotan mentah dan kayu olahan.
"Jadi enggak boleh ada lagi itu yang namanya ekspor bahan-bahan mentah pada mebel, baik kayu maupun rotan," tegas dia. Advertisement
Adapun terkait industri tekstil, Noorsy menengarai, pemerintah semestinya jangan dulu bicara soal ekspor. Akan tetapi, perlu dipertegas terlebih dahulu bagaimana posisi tekstil Indonesia di dalam negeri. Baru kemudian memperjelas peta kekuatan tekstil Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara saja.
"Apa tekstil kita tuan rumah di negeri sendiri? Kan enggak juga sepenuhnya. Dan dihadapkan dengan berbagai pesaing-pesaing baru, misalnya dari negara-negara ASEAN, itu yang membuat saya ragu," pungkasnya.(*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Mar 14, 2015 10:03 pm PASBERITA.com - Wajah Sujatmiko tampak semringah karena hasil karyanya berupa replika kujang terbesar dari rangkaian batu mulia, tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Gerakan Wirausaha Baru di halaman Gedung Sate, Sabtu (14/3/2015).
Selain karena mendapat penghargaan, pria paruh baya ini juga merasa senang karena berkesempatan berfoto dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar.
Usai berfoto dia bercerita tentang pembuatan replika unik tersebut. "Saya pilih bentuk Kujang karena merupakan pusaka Jabar," ujarnya kepada wartawan seperti dilansir inilah.com.
Dia mengaku replika kujang batu mulia atau akik ini dibuat selama lebih dari sebulan. Replika ini tingginya sekitar 2 meter dan terbuat dari 180 lempengan batu mulai. Terdapat 7 jenis batu mulia yang digunakannya dengan lebar batu sekitar 8 mm.
Bentuk kujang yang dipilihnya juga sangat spesial karena punya 5 lubang di bagian punggung. Hal ini menandakan senjata tersebut top class.
Menurutnya, sejumlah batu yang digunakan berasal dari wilayah Jabar di antaranya Lavender Ungu yang didatangkan dari Sukabumi. Batu lainnya adalah Blue Opal dengan kualitas jernih.
Meski tampak mewah, namun Sujatmiko mengaku dana yang dihabiskan untuk membuat replika ini hanya sekitar Rp25-30 juta.
Saat ditanya soal harga jual, Sujatmiko langsung menggelengkan kepala. Baginya, karya ini bukan untuk tujuan bisnis.
"Bukan soal harga, tapi ini bukan bisnis. Saya membuatnya dengan hati," katanya.
Dia mengaku telah malang melintang di dunia batu mulia selama lebih dari 25 tahun. Namun, booming fenomena batu mulia secara luar biasa baru kali ini terjadi.
Menurutnya, batu mulia punya keunikan tersendiri yang berbeda dengan barang tambang lainnya. Batu mulia dijamin tidak akan pernah rusak.
Dirinya sangat geram saat mendengar isu penambangan batu mulia berpotensi merusak alam. Hal ini diduga akibat penemuan batu ghiok di Aceh yang sempat menarik perhatian publik.
Sujatmiko menilai penambangan batu mulia tidak akan pernah merusak lingkungan. Sebab, lahan yang digunakan sangat kecil. Hal ini berbeda dengan penambangan batu bara atau nikel yang membutuhkan lahan hingga ratusan hektare.
"Untuk mendapatkan batu mulia cuma gali doang di tebing. Dan ini bukan penambangan massal," paparnya.
Dia pun enggan jika ada standarisasi terhadap batu mulia. Sebab, harga batu mulia terbentuk dengan sendirinya tergantung pada permintaan dan penawaran pasar.
Meski demikian, dia memberi tips bagi konsumen yang akan membeli batu mulia.
"Batu mulia sangat beda. Kalau bentuknya terlalu sempurna jangan percaya, kalau terlalu bagus juga bahaya. Dan itu bisa dipastikan palsu," pungkasnya.(*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Mar 14, 2015 09:56 pm PASBERITA.com - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung pun mengungkapkan kesedihannya. Selain belum tercapai islah antara kubu Aburizal Bakrie atau Ical dan Agung Laksono, Akbar juga sedih karena kisruh tersebut membuat partainya sulit ikut dalam pilkada serentak tahun 2015.
"Saya sangat sedih bila Golkar tidak bisa mencalonkan kepala daerah. Total kan ada 200-an lebih kepala daerah. Gimana mungkin nanti Golkar bisa mendapatkan suara yang signifikan yang banyak saat Pemilu 2019," ujar Akbar Tandjung di Jakarta, seperti dilansir liputan6.com, Sabtu (14/3/2015).
Politisi senior berusia 69 tahun itu mencatat pada Pemilu Legislatif 2014, partai berlambang pohon beringin meraih 91 kursi. Sedangkan pada Pemilu Legislatif 2009 meraup 106 kursi.
"Kami pernah menang (Pemilu Legislatif) 2004, 128 kursi. Bayangkan kalau nanti kami pilkada nggak ada Partai Golkar (yang utuh). Saya bayangkan cuma separuh dari 2014, bisa cuma 40-an," ujar mantan Ketua DPR RI tersebut dengan nada penuh kekhawatiran.
Dengan demikian, lanjut Akbar, Golkar bisa ada di papan tengah bahkan di papan bawah.
"Ini membuat keprihatinan saya yang pernah mimpi bahwa Golkar di saat yang amat berat pada 1998-1999 di mana tekanan pada Golkar begitu gencar juga perusakan aset Golkar. Juga perusakan aset Golkar dikejar-kejar itu saya alami," jelas Ketua Umum Partai Golkar periode 1999-2004 itu.
Ia pun mengimbau kedua belah pihak untuk menempatkan kepentingan partai di atas kepentingan lain.
"Partai ini aset nasional dalam rangka memperkuat, konsolidasi sistem demokrasi dan dalam rangka rekrutmen kepemimpinan bangsa. Makanya saya sangat sedih (Golkar seperti ini). Semoga Tuhan memberikan jalan keluar," pungkas Akbar Tandjung.(*)
Read in browser » By Arif A on Mar 14, 2015 07:35 pm PASBERITA.com - Guru perempuan Muslim di Jerman boleh mengenakan hijab dalam kelas selama hal itu tidak menimbulkan gangguan di sekolah, demikian keputusan Mahkamah Konstitusi Jerman yang diperkirakan akan memicu debat mengenai gejala Islamisasi seperti yang disebut-sebut kelompok nasionalis. Mahkamah Konstitusi membalikkan sendiri pelarangan bagi guru mengenakan hijab yang dikenakannya pada 2003, sehingga sekolah-sekolah di beberapa negara bagian Jerman melarang hijab namun mengizinkan penggunaan simbol-simbol Kristen seperti salib dan kebiasaan para biarawati. Sidang di Karlsruhe yang memutuskan kasus diajukan seorang perempuan Muslim yang dilarang mengajar karena mengenakan hijab, mengatakan bahwa simbol-simbol keagamaan hanya dilarang ketika ia menimbulkan "bukan hanya risiko tersembunyi namun juga nyata atas terjadinya gangguan di sekolah". "Ini saat yang tepat untuk kebebasan beragama," kata Volker Beck, legislator dari partai oposisi Greens dilansir Reuters (14/03). Ia berpendapat bahwa penutup kepala yang dikenakan wanita maupun pria Muslim, Yahudi dan Kristen tidak terlalu menjadi ancaman bagi masyarakat Jerman dibandingkan "penentang keberagaman" seperti sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), neo-Nazi. Kepala badan antidiskriminasi federal Christine Lueders menyambut baik keputusan itu untuk "menegakkan kebebasan beragama di Jerman". Dengan pendidikan yang dilaksanakan di 16 negara bagian Jerman, ia menyerukan kepada otoritas daerah untuk mengkaji kembali aturan-aturan yang relevan. Namun, harian di Berlin TAZ memperingatkan bahwa kelompok anti-Islam PEGIDA, yang mulai melakukan aksi-aksi kecil di Dresden dan segera melakukan aksi serupa di seluruh Jerman, akan menangkap keputusan itu untuk memperlihatkan bahwa Eropa tengah diambil alih oleh Islam. "PEGIDA akan merayakan ini," kata TAZ di halaman muka, di bawah sebuah foto hijab warna-warni di sebuah etalase toko di Berlin. Antusiasme PEGIDA (Patriot Eropa Menentang Islamisasi Barat) melempem setelah anggota-anggotanya kalah jumlah dari pengunjuk rasa antirasis dan pendiri PEGIDA Lutz Bachmann berpose dalam foto dengan kumis ala Hitler. Namun, di kalangan luas masyarakat Jerman terdapat rasa was-was mengenai pengaruh komunitas Muslim yang mencapai 4 juta orang. Sebuah survei yang dilakukan pada akhir 2014, sebelum munculnya reaksi buruk akibat serangan Islamis terhadap majalah satiris Prancis Charlie Hebdo, menunjukkan bahwa 57 persen warga Jerman menganggap Islam sebagai ancaman bagi masyarakat mereka. Kanselir Angela Merkel menuding PEGIDA telah menebarkan kebencian terhadap kaum imigran, yang menurut dia sangat dibutuhkan oleh Jerman yang saat ini mengalami kekurangan tenaga kerja serta meningkatnya populasi usia lanjut, demikian Antara memberitakan. (*)
Read in browser » By Rie on Mar 14, 2015 06:24 pm PASBERITA.com - Nadhira Fajriani (14) hari ini telah kembali berkumpul dengan orangtua dan keluarganya setelah menghilang sepekan lamanya. Ia hilang diduga karena tak tahan di-bully teman-temannya karena bertubuh gemuk.
"Alhamdullilah, Nadhira telah diketemukan dalam kondisi selamat dan telah berkumpul kembali dengan kedua orangtuanya," kata kerabat orangtua Nadhira, Rosa, seperti dilansir detikcom, Jumat (13/3/2015).Baca juga: Dicari 'Nadhira Fajriani Ramadhan', Seorang Remaja Perempuan yang Hilang Nadhira bisa kembali setelah seseorang mengantarkannya ke Mapolsek Tamansari, Jakarta Pusat. Orang yang membawa Nadhira itu pun masih misterius identitasnya. "Ada yang mengantarkan ke Polsek Tamansari. Sementara belum ditanya lebih jauh," ujar Rosa.
Nadhira diketahui menghilang sejak 5 Maret 2015 lalu. Kedua orangtua Nadhira lalu melacak sinyal ponsel gadis yang duduk di bangku SMP itu. Nadhira terdeteksi berada di Kampung Rambutan, namun saat dicek di sana dia tidak ada. Lalu terlacak lagi di Cibubur, saat dicek hasilnya nihil.
Keluarga juga menginfokan hilangnya Nadhira ke media sosial. Banyak yang memberikan info soal keberadaan Nadhira.
"Atas bantuan berupa moril dan materil serta doa yang tidak putus-putusnya dari semua pihak," ucap Rosa. (*)
Read in browser » By Rie on Mar 14, 2015 03:02 pm PASBERITA.com - Sebagai bagian dari program pencetakan 100 ribu wirausaha baru di Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Koperasi & Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) Jawa Barat kembali menggelar 1000 produk wirausaha baru pada tahun ini. Gelar produk ini dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Halaman Gedung Sate, Jl. Diponegoro No. 22, Kota Bandung, Sabtu pagi (14/3).Dalam sambutannya, Gubernur mengatakan dengan hadirnya para pengusaha muda ini dapat memberikan dampak terhadap berkurangnya pengangguran dan kemiskinan, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Ketika pengusaha hadir hal ini akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan," ungkap Gubernur.Pada kesempatan ini, Gubernur menekankan perlunya ada perubahan dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada, yaitu dengan penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dari hulu (bahan mentah) hingga hilir (barang jadi) dilakukan di dalam negeri."Kata kunci untuk menghadirkan manusia yang handal adalah dengan menguasai pengetahuan dan teknologi dan hadir untuk mengolah sumber daya alam yang ada," tutur Gubernur.Gubernur pun berpendapat bahwa jika hasil sumber daya alam yang ada dikelola dengan baik dan secara menyeluruh (dari hulu hingga hilirnya), maka akan semakin menggerakkan denyut perekonomian. "Jika seluruh hasil bumi dikelola dengan baik maka pengelolaan tersebut akan menghadirkan denyut perekonomian", kata Gubernur.Untuk itu, Gubernur pun mengajak generasi muda untuk tidak takut kaya dan hadir menjadi pengusaha yang handal melalui dua sifat dalam satu sosok. "Wahai anak muda jangan takut jadi orang kaya. Hadirkan dua sifat dalam satu sosok, kaya dan taqwa. Karena tidak ada pertentangan antara ketaqwaan dengan kekayaan dalam agama," ujar Gubernur.Para peserta yang ada dalam gelar produk ini merupakan para pengusaha yang berasal dari binaan 6 Dinas yang ada di Provinsi Jawa Barat, beberapa perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat, Hipmi, dan perbankan. Sedangkan jenis produk berasal dari bidang usaha seperti: makanan, minuman, konveksi, agribisnis, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.Selain gelar produk usaha, pada acara ini juga dilakukan Pemecahan Rekor MURI replika Kujang terbesar yang terbuat dari rangkaian Batu Mulia serta pemecahan Rekor MURI untuk Presenter terbanyak yang mewawancarai para wirausahawan yang hadir.Turut hadir dalam pembukaan acara gelar produk usaha ini Netty Prasetiyani Heryawan, Wakil Gubernur Deddy Mizwar bersama Giselawati Mizwar, Ketua DPRD Jawa Barat serta jajarannya, para Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jawa Barat, para Asisten Daerah Setda Provinsi Jawa Barat, Direktur Utama Bank BJB, serta pimpinan perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat. (*)
Read in browser » Recent Articles:
| |
Posting Komentar