| | By Arif A on Mar 29, 2015 10:45 am PASBERITA.com - Pengamen di kota-kota besar di Indonesia, umumnya berasal dari semua kalangan. Namun tidak di kota terbesar kedua di Bulgaria. Pengamen harus membuktikan dulu bahwa mereka memiliki kualifikasi yang mumpuni. Para musisi di Plovdiv, Bulgaria tengah, hanya akan diizinkan bermain musik di jalan utama kota itu jika mereka memiliki diploma pendidikan musik. Demikian kata badan penyiaran nasional BNT seperti dikutip liputan6 dari BBC, Sabtu (28/3). Kota itu terpilih menjadi Ibu Kota Budaya Eropa untuk tahun 2019. Dewan kota mengatakan, langkahnya itu mengikuti jejak beberapa kota lain, termasuk Madrid, yang mulai memberlakukan proses audisi bagi para pemusik jalanan di tahun 2013. Ibu kota Spanyol pada waktu itu menuntut para pemusik untuk tampil di hadapan sebuah panel juri sebelum mendapatkan izin. Tetapi mereka tidak diminta ijazah resmi. Dewan kota kini membagi Plovdiv ke dalam tiga zona. Pertama di jalan tempat perbelanjaan utama dan wilayah Kota Tua hanya untuk pemusik yang memiliki kualifikasi. Sedangkan area kedua, disediakan untuk mereka yang tidak memiliki ijazah resmi, tetapi harus sudah pernah tampil di acara musik atau ikut dalam kompetisi. Yang ketiga adalah di luar kedua wilayah tersebut. Para pengamen lain bebas mencari nafkah di kawasan yang ketiga ini. "Saya tidak mau mengatakan bahwa persyaratan ini sangat ketat," kata ketua kebijakan umum dewan kota, Georgi Marinov. Ia menambahkan bahwa para pejabat hanya ingin memastikan bahwa para musisi cukup bagus untuk menghibur wisatawan dan warga setempat. Plovdiv terpilih sebagai Ibu Kota Budaya Europa pada bulan September, mengalahkan tiga penantang lain, termasuk ibu kota Sofia. (*)
Read in browser » By Arif A on Mar 29, 2015 09:50 am PASBERITA.com - Tidak lama lagi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) akan memiliki fasilitas pendidikan baru. Kampus UGM mulai membangun rumah sakit hewan bertaraf internasional. Fasilitas yang akan dinamai Rumah Sakit Hewan Prof Soeparwi tersebut akan menempati lokasi sekitar area FKH UGM. Menurut Rektor UGM Prof Dwikorita Karnawati, rumah sakit hewan ini sudah lama menjadi keinginan civitas akademika FKH UGM. "Semoga rumah sakit hewan ini nantinya bisa menunjang kegiatan pendidikan, riset, dan pelayanan kepada masyarakat berstandar internasional," ujar Dwikorita, dalam prosesi peletakkan batu pertama RSH Prof Soeparwi, seperti dikutip Okezone dari laman UGM, Sabtu (28/3). Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM Prof Suratman, menjelaskan, rumah sakit hewan UGM merupakan yang pertama di Indonesia. Keberadaan fasilitas itu, kata Suratman, dapat mendukung riset unggulan FKH UGM di bidang penyakit hewan tropis. "Sebab di rumah sakit ini tersedia laboratoriumnya, tempat berkumpulnya para dokter hewan dan peneliti yang memiliki riset transdisiplin," imbuh Suratman. Harapan senada disampaikan Dekan FKH UGM Dr. Joko Prastowo. Dia juga berharap, RSH Soeparwi dapat memberikan pelayanan kesehatan hewan bagi masyarakat luas serta menunjang pendidikan profesi dokter hewan dan mendukung pengembagan kompetensi mahasiswa dokter hewan. "Apalagi animo mahasiswa asing kuliah di FKH UGM juga semakin besar sehingga membutuhkan RSH bertaraf internasional," katanya. RSH Prof Soeparwi direncanakan berdiri di atas area seluas 1.720 meter persegi. Bangunan tiga lantai tersebut membutuhkan dana pembangunan Rp12 miliar. Proses pembangunan yang dimulai Maret ini dijadwalkan selesai pada pertengahan Oktober 2015. (*)
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar