| | By Dedi Mustofa on Jun 09, 2015 10:40 am PASBERITA.com - Guna menghadapi kasus gardu induk PLN yang sedang menderanya, Mantan Dirut PLN, Dahlan Iskan membuat situs pribadi gardudahlan.com sebagai corongnya. "Mungkin ada yang mengira saya akan minta Jawa Pos Group untuk menjadi corong saya dalam menghadapi perkara gardu induk PLN di mana saya sudah ditetapkan menjadi tersangka. Mohon doa restu, agar saya tidak begitu," ujar Dahlan melalui tulisannya yang berjudul Soal Corong yang kami kutip dari situs gardudahlan.com, Selasa (19/6). Dalam tulisan tersebut Dahlan juga menjelaskan bahwa dirinya sudah lama bukan lagi pimpinan Jawa Pos Group. "Sejak saya sakit delapan tahun lalu. Memang saya memiliki saham di situ, tapi dalam perusahaan modern pemegang saham dan manajemen harus terpisah," katanya. "Saya akan menjadi beban bagi Jawa Pos Group kalau saya tidak berubah. Maka untuk "corong pribadi" itu saya meluncurkan ini: gardudahlan.com," lanjut mantan Menteri BUMN itu. Dahlan mengaku, akan selalu menyalurkan keterangannya melalui situs itu. "Saya tidak akan memberikan wawancara pers. Termasuk tidak akan memberikan wawancara kepada Jawa Pos Group. Saya tidak ingin banyak pihak salah paham karena keterangan saya yang kurang pas. Tapi saya tidak akan melarang media untuk mengutip keterangan saya di gardudahlan itu," katanya. "Saya tidak punya juru bicara. Kelihatannya gardudahlan yang akan jadi juru bicara saya," lanjut Dahlan. Dahlan juga mengaku, hingga saat ini dia belum menunjuk pengacara untuk kasus tersebut. "Saya memang banyak dibantu Bapak Peter Talaway SH, termasuk saat saya masih berada di Amerika Serikat selama tiga bulan lalu. Pengacara Surabaya itu sudah lama membantu saya di beberapa persoalan. Saya berterima kasih kepada beliau," jelasnya. Dahlan juga mengatakan tidak akan menggunakan gardudahlan untuk menyerang, memaki, memfitnah dan memojokkan siapa pun. Dia hanya menggunakannya untuk menjelaskan duduk persoalan. "Tentu subyektif, hanya dari sudut saya," katanya. Awalnya Dahlan ingin menjadikan gardudahlan.com sebagai media interakrif, tapi karena pengalamannya selama menggunakan Twitter selalu mendapat serangan, niat itu ia batalkan. Saya sebenarnya lebih senang kalau gardudahlan itu bersifat interaktif. Tapi dari pengalaman saya di twitter, banyak sekali serangan yang tidak mungkin bisa saya klarifikasi. Serangan-serangan yang terjadi di Twitter itu, kata Dahlan, bukan dilakukan oleh manusia, melainkan mesin. "Saya mencoba beberapa kali memberikan penjelasan, tapi sia-sia. Baru belakangan saya tahu, dan saya tertawa-tawa, bahwa ternyata saya itu memberikan penjelasan kepada mesin. Sia-sia," katanya. Di dunia twitter itu, lanjut Dahlan, kita bisa menyerang seseorang dengan cara meminta mesin untuk melakukannya. "Tinggal order saja. Serangan itu mau dilakukan berapa kali sehari dan untuk berapa hari atau berapa bulan. Topiknya sama. Kalimatnya sama. Isinya sama," ungkapnya. Dahlan juga mengatakan, tidak tiap hari dia akan meluncurkan penjelasan melalui gardudahlan.com. "Tapi saya usahakan agak sering. Dengan cara memotong-motong penjelasan. Rumitnya persoalan biasanya hanya bisa dijelaskan melalui cerita yang panjang. Tapi saya usahakan pendek-pendek. Hanya mungkin perlu beberapa edisi," katanya. "Jangan berharap saya gegap-gempita di gardudahlan ini. Biasa saja," pungkasnya. Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta pada Jumat lalu menetapkan Dahlan sebagai tersangka dugaan korupsi pembangunan 21 gardu induk listrik di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada 2011-2013. (*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Jun 09, 2015 09:39 am PASBERITA.com - Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin mengatakan pemilihan Kapolri yang baru beberapa waktu lalu justru menimbulkan kegaduhan di tubuh Polri dan masyarakat. Dalam pemilihan Panglima TNI yang baru, Presiden Jokowi harus belajar dari pengalaman tersebut dengan mengambil keputusan yang adil dan bijak. "Pemilihan Panglima TNI itu memang prerogatif presiden. Tapi sebaiknya juga perhatikan norma dan tradisi yang baik. Jangan sampai kegaduhan seperti saat pemilihan Kapolri terulang kembali," ujar Zainuddin di Jakarta, Selasa (9/6/2015). Zainuddin mengatakan, pemilihan dan pengangkatan Panglima TNI merupakan hak prerogratif presiden yang dijamin undang-undang. Namun dalam Undang-undang No 34 tahun 2004 tentang TNI juga disebutkan bahwa jabatan Panglima TNI secara bergantian di antara perwira tinggi aktif dari tiap-tiap angkatan. Menurut Zainuddin, meskipun pemilihan Panglima TNI sepenuhnya adalah wewenang Presiden, namun norma, baik undang-undang maupun tradisi yang baik selama ini sebaiknya juga diperhatikan. Tradisi mempergilirkan jabatan Panglima TNI kepada kepala staf angkatan, sambungnya, mempunyai tujuan untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan di tubuh TNI agar tidak ada angkatan yang terkesan ditinggikan atau direndahkan, dianakemaskan atau ditirikan. Politisi PKS ini mengingatkan agar kebijakan Jokowi nantinya tidak menimbulkan kegaduhan baru di tubuh angkatan, ataupun masyarakat. Dia mencontohkan pengalaman saat pemilihan Kapolri Komjen Budi Gunawan beberapa waktu lalu yang menimbulkan polemik hingga sampai ke ranah hukum. Menurutnya, sosok KSAU, KSAL dan KSAD saat ini sangat mumpuni untuk menjadi Panglima TNI. Yang terpenting, lanjut dia, siapapun akhirnya yang terpilih menjadi Panglima TNI harus memiliki pemahaman yang utuh tentang pertahanan, terutama terkait kebijakan poros maritim yang dikeluarkan pemerintah. "Jadi belajarlah dari kasus Kapolri yang lalu. Jangan sampai terulang lagi. Jaga kewibawaan TNI. Sebaiknya bergiliran saja kepada angkatan berikutnya, dan siapanya itu prerogratif presiden, dengan tetap perhatikan profesional dan masukan berbagai pihak," tegasnya. Panglima TNI Jenderal Moeldoko akan pensiun pada 1 AGustus 2015 mendatang. Calon kuat Panglima TNI yang baru nanti berasal dari KSAU, KSAL, dan KSAD. (*)
Read in browser » By Arif A on Jun 09, 2015 07:30 am PASBERITA.com - Tim kesenian prajurit TNI AL yang tergabung dalam misi PBB UNIFIL mampu memukau warga Lebanon dengan karnaval dan pentas seni budaya yang menampilkan tari "Turangga Yekso" (Trenggalek/Jawa Timur), "Saman" (Aceh), dan "Rampak Gendang" (Jawa Barat). Perwira Penerangan dari Satgas MTF TNI Konga XXVIII-G/UNIFIL dalam siaran pers yang dilansir Antara, Selasa (9/06), melaporkan ratusan warga Lebanon tampak antusias di sepanjang jalan pesisir Pantai Juonieh Lebanon untuk mengikuti acara itu. Karnaval tahunan yang digelar oleh yayasan sekolah di Lebanon Central College de Moines School itu dilaksanakan dalam rangka menyambut liburan sekolah dan juga sebagai ajang kreativitas siswa untuk satu-satunya pagelaran karnaval yang ada di Lebanon. Dalam ajang yang mengusung tema "Technology and Creativity" itu, keikutsertaan Prajurit KRI SIM 367 tersebut merupakan wujud dari misi diplomasi dan sebagai Duta Bangsa RI di Lebanon yang difasilitasi oleh Kedutaan RI di Lebanon. Penampilan kesenian tradisional Indonesia berupa Tarian "Turangga Yekso" dengan iringan musik daerah dalam pawai keliling di sekitar Juonieh tersebut mendapat apresiasi warga masyarakat yang tumpah ruah menyaksikan pertunjukan di sepanjang jalan. Mereka memberikan aplaus yang meriah kepada tim kesenian Indonesia dengan teriakan "Indonesiaaa..", "Indonesiaaa....", "Indonesiaaaa...", bahkan ada beberapa warga yang "larut" dengan bergabung ke dalam tim kesenian untuk menari bersama. Acara pawai diakhiri dengan panggung hiburan yang dibuka dengan penampilan kolaborasi kesenian "Rampak Gendang" dengan "Tari Saman" serta disaksikan Civitas Akademik Central College de Moines School, Duta Besar RI (Dubes LBBP RI) untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy, dan Pejabat Pemerintah Kota Lebanon. Dalam acara yang juga disaksikan Komandan Kontingen Garuda Kolonel Inf Danny Koswara, DMTF-COS Kolonel Laut (P) Dato Rusman, Komandan KRI SIM-367 Letkol Laut (P) IGP Alit Jaya dan beberapa Komandan satuan dari Indonesian Battalion (Indobatt) itu telah mampu mengambil "hati" masyarakat Lebanon. Secara tak langsung, tim kesenian itu juga mampu mengenalkan Indonesia di dunia internasional sebagai bangsa yang ramah dan kaya akan seni budaya. Rasa ingin tahu dan mengenal budaya Indonesia lebih jauh tampak diperlihatkan oleh warga Lebanon setelah menyaksikan tampilan seni budaya Indonesia itu. Dalam penugasan bergabung dengan MTF UNIFIL sejak 13 November 2014 itu, seluruh prajurit KRI Sultan Iskandar Muda (SIM)-367 yang tergabung dalam Kontingen Garuda MTF XXVIII-G/UNIFIL menerima anugerah "UN Medal" (Tanda Jasa dari Perserikatan Bangsa - Bangsa) pada 3 April 2015. (*)
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar