Berita terkini

Fraksi PKS Dorong Terbitnya Perda Ketahanan Keluarga

By Dedi Mustofa on Aug 28, 2015 09:28 pm
PASBERITA.comFraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Provinsi Lampung mendorong terbitnya Perda Ketahanan Keluarga. Hal ini terkait dengan hasil survei yang dipublikasikan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tentang persepsi remaja usia 15 sampai 24 tahun terhadap hubungan seksual, dimana dari 61.886 responden usia tersebut, 23 persennya menyatakan kesetujuannya melakukan hubungan seksual dengan teman dekatnya sebagai bukti cinta.

Wakil Ketua Fraksi PKS, Ahmad Mufti Salim mengatakan, bahwa jika benar metodologi survei yang dilakukan tentu ia sangat prihatin mengingat dalam struktur demografi Lampung, jumlah total penduduk di usia 15 – 24 tahun atau 1.390.500 jiwa sesuai dengan sensus BPS tahun 2013. 

"Artinya jika kemudian digeneralisir maka 23 persen dari jumlah total penduduk usia tersebut atau setara dengan 319,8 ribu jiwa setuju dengan hubungan seksual pranikah tersebut," ujar Anggota Komisi V DPRD Lampung ini, Jumat (28/8).

Ahmad mengungkapkan bahwa Lampung sesungguhnya memiliki Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya. 

"Jika peraturan daerah ini secara konsekuen dan konsisten dilaksanakan, tentu penyimpangan-penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan agama dan budaya dapat diminimalisasi bahkan dihilangkan," katanya. 

Apalagi, kata Ahmad, peraturan daerah tersebut mengikat semua pihak yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah, baik pemerintah daerah, masyarakat termasuk keluarga didalamnya, juga satuan pendidikan, pendidik serta peserta didik.

"Dari total usia 15-24 yang berjumlah 1,39 juta jiwa, terdapat usia sekolah di range 15-19 tahun berjumlah 707.236 jiwa yang terikat dengan Perda Nomor 5 Tahun 2012, sehingga jika perda tersebut secara konsekuen dan konstituen dilaksanakan, Insya Allah akan ada dampak positif," ungkapnya. 

Sementara itu, Ketua BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) Ade Utami Ibnu menyampaikan bahwa disamping peran pendidikan dasar dan menengah begitu penting dalam kaitannya pembentukan karakter dan kepribadian anak tentu keluarga sebagai basis terkecil dalam struktur relasi sosial di masyarakat juga harus dikuatkan.

"Keluarga sebagai struktur sosial terkecil di masyarakat harus dikuatkan, keterbukaan antar keluarga harus didorong dan orang tua sebagai pemimpin keluarga harus mendorong aktivitas-aktivitas produktif putra-putri mereka sebagai saluran energi mereka yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri," kata Ade.

Ade yang juga Ketua Fraksi PKS Lampung, menyatakan bahwa untuk menyempurnakan keberadaan Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya, juga dalam upaya menguatkan peran keluarga sebagai basis terkecil dalam struktur sosial di masyarakat, Fraksi PKS sedang memperjuangkan terbitnya Peraturan Daerah tentang Ketahanan Keluarga.

"Tingginya persepsi tentang kewajaran hubungan seksual pranikah dengan alasan pembuktian cinta, membuat kami harus menguatkan peran keluarga dalam tumbuh kembang generasi emas Lampung dan Indonesia. Dan salah satu ikhtiar kami, adalah dengan mendorong terbitnya Peraturan Daerah tentang Ketahanan Keluarga di Provinsi Lampung," pungkas Ketua Pemenangan Pilkada PKS Lampung ini. (*)




 
Read in browser »
share on Twitter Like Fraksi PKS Dorong Terbitnya Perda Ketahanan Keluarga on Facebook

Kala Rupiah Ambruk, PHK Jadi Mimpi Buruk, 1 September Buruh Kepung Istana

By Rie on Aug 28, 2015 07:25 pm
PASBERITA.com - Makin banyaknya ancaman PHK yang terus menjadi mimpi buruk bagi para buruh. Bukan tanpa sebab, ancaman PHK besar-besaran ini terjadi ditengah menurunnya daya beli buruh dan ambruknya Rupiah (Rp) dan menguatnya nilai Dollar Amerika ($).

Atas situasi yang makin membuat buruh Indonesia makin masuk dalam penderitaan yang tanpa batas. Nasib buruh pun makin kian tak menentu. Bagaimana tidak, jelang sepekan terakhir,nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah telah menembus diangka 14.000 dan kalangan pengusaha pun merasakan dampak yang serius karena material import akan menjadikan perusahaan merugi dan langkah perumahan sampai ancaman PHK ratusan ribu buruh di sektor padat karya pun sudah didepan mata.

Oleh karena itu, demi menyelamatkan nasib buruh Indonesia dan rakyat kecil, KSPI dan element buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Indonesia (GBI) akan mendesak pemerintah dengan melakukan langkah kongkrit melalui aksi nasional di 20 provinsi yang akan dipusatkan di depan Istana Negara dengan jumlah massa sebanyak 50 ribu buruh Se-Jabodetabek pada Selasa 1 September 2015.

Nantinya, dalam aksi tersebut isu yang disuarakan antara lain:

1.Turunkan harga barang Pokok (Sembako) dan BBM.

2.Buruh menolak PHK akibat melemahnya Rupiah dan perlambatan ekonomi.

3.Tolak masuknya Pekerja Asing/Tenaga Kerja Asing (harus wajib berbahasa Indonesia).

4.Naikan upah min 2016 sebesar 22%(menjga daya beli) dan khl 84 item.

5.Revisi PP tentang jaminan pensiun yaitu manfaat pensiun buruh sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ,bukan Rp 300 ribu/bulan setelah 15 tahun.

6.Perbaiki pelayanan BPJS kesehatan (hapus sistem INA CBGs dan Permenkes no 59 tahun 2014 yang membuat tarif murah,tolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan,tambah dana PBI menjadi Rp 30 Triliun, provider RS/klinik diluar BPJS bisa digunakan untuk COB).

7.Bubarkan pengadilan buruh/PHI denga merevisi UU 2/2004 tahun ini juga.

8.Penjarakan Presdir PT Mandom Bekasi yang telah mengakibatkan 27 buruh meninggal serta copot Menaker yang tidak berbuat apapun.

Pada aksi 1 September nanti, titik kumpul aksi akan dipusatkan di bundaran Hotel Indonesia, selanjutnya, massa aksi akan melakukan long march menuju Istana Negara dan selanjutnya akan bergerak menuju kantor Kementerian Tenaga Kerja dan Kantor Kementerian Kesehatan.

Untuk diketahui, aksi nanti akan dilakukan oleh Gerakan Buruh Indonesia (GBI) yang merupakan gabungan dari KSPI,KSPSI AGN,KSBSI,SBTPI dll.





 
Read in browser »
share on Twitter Like Kala Rupiah Ambruk, PHK Jadi Mimpi Buruk, 1 September Buruh Kepung Istana on Facebook

Yang Sedang Merasa di Atap Dunia

By Rie on Aug 28, 2015 07:18 pm
PASBERITA.com - "Lu kalau punya mobil nanti, jangan kaya gitu ya". Demikian kira-kira celutukan rombongan lelaki di belakang saya kepada temannya. Biasa, rombongan pegawai usai makan siang di kantin seberang kantor, selalu kesulitan menyeberang karena banyaknya kendaraan yang melintas. Yang di atas mobil seolah tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada para penyeberang, dari atas mobil yang sejuk kesulitan para pejalan kaki tak diperhatikan, meski di tengah cuaca panas sekalipun, bahasa halusnya yang di atas mobil tak punya empati.

Ini memang problem klasik, ketika sudah di atas lupa yang di bawah. Apa saja yang di atas memang enak, melihat pemandangan misalnya, jauh lebih enak dari atas daripada dari bawah. Apalagi ayo..., melihat masalah selalu lebih komplit kalau dari atas, istilah kerennya helicopter view. Banyaknya bangunan-bangunan tinggi yang menjulang ke atas selalu saja membuat sebuah kota menjadi indah, sejak zaman dulu kala Firaun kalau tak salah sudah menyuruh arsiteknya bernama Haman untuk membuat bangunan tinggi menjulang ke langit. Sepertinya ingin berada di atas untuk menantang-nantang Tuhan, bahkan saking kebablasan akhirnya menyatakan diri sebagai Tuhan.

Jadi berada di atas itu memang enak, namun tak jarang akan membuat orang lupa diri. Coba saja simak pernyataan dosen sebuah universitas ternama di negeri ini bahwa ibadah haji dan umroh adalah sebuah pemborosan, karena uangnya bisa dipakai buat pembangunan ini dan pembangunan itu, demikian sang dosen beralasan. Saya hanya berimijinasi apakah beliau ini seolah-seolah sedang merasa di atas? Seperti Firaun yang duduk di singgasana lalu dengan beraninya berhadap-hadapan dengan Tuhan. Entahlah, bahkan hemat saya anak sekolah dasarpun tahu bahwa perintah haji dan umroh itu datangnya dari Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa, lalu kenapa harus menantang-nantang? Dan yang perlu diingat biaya haji dan umroh itu atas beban pribadi, mengapa pula keinginan personal harus dikonversikan menjadi sumbangan pembangunan.

Dalam sebuah berita on-line saya juga pernah baca bahwa seorang tokoh liberal mengatakan bahwa 90% Qur'an itu memakai pendapat pengarang. Perlu diketahui bahwa tokoh ini juga sedang di atas, paling tidak merasa di atas angin karena banyak diliput media. Kebenaran itu menurut dirinya sendiri, dan kalau kebenaran itu dari pihak lain dia akan berkilah bahwa kebenaran itu relatif. Qur'an yang kita yakini sebagai kalam Allah, dikatakan pemahamannya memakai pendapat pengarang. Jangan lupa bro, jika yang dimaksud pendapat pengarang itu ahli tafsir ya sudah on the track. Kepada siapa lagi kita belajar kalau bukan kepada ahlinya. Kalimat tokoh liberal ini multi tafsir, yang jelas kalau saya tidak salah tangkap dia tidak mengatakan Qur'an itu 90% karya pengarang.

Kita kembali ke sebuah universitas ternama di ibu kota, seorang dosennya dan secara terpisah seorang konsultan politik telah mem-bully habis-habisan ustad Yusuf Mansur, meskipun sang ustad sesungguhnya berbicara di wilayah apa yang dia kuasai. Dua orang ini, dosen dan konsultan politik seolah-olah mempunyai ilmu di atas pak ustad. Lagi-lagi ini persoalan seolah-olah di atas, lalu merasa berhak men-judge seseorang. Yusuf Mansur mengatakan mari kita berdoa, agar rupiah menguat. Eh dilalahnya mereka alergi dengan kata-kata doa, lalu mengatakan membahas kurs ya dengan teori-teori yang ada, karena masalah ekonomi bukan kapasitas Yusuf Mansur. Alamak kualatnya mereka, masalah kurs memang masalah ekonomi, dan saya kok yakin sang ustad secara ekonomi jauh lebih kaya dari mereka. Lalu berbicara masalah doa, jelas itu wilayah ustad. Kurang pas juga ustad membahasnya dari sisi teori ekonomi, karena bukan bidang keahliannya. Dan coba dipikir-pikir kembali, bukankah doa itu pembuka untuk setiap aktivitas? Setelah itu baru usaha, jadi doa dulu baru usaha dan usaha ini silahkan dilakukan oleh para ahlinya atau pihak yang berwenang. Usaha dan doa adalah satu kesatuan, kenapa ustad yang di bully? Aneh, orang-orang ini telah mengalami dis-orientasi sehingga meninggalkan aspek relijius dalam gerak langkah kehidupannya.

Jadi marilah kita pahami bersama, gempuran-gempuran pemikiran ini akan semakin banyak di masa datang. Disamping semakin difasilitasi oleh media sebagai panggung untuk mereka, ada satu faktor lagi yang perlu diingat bahwa ini memang sudah waktunya, dunia ibarat perahu yang tepiannya makin mendekat. Dan tidak perlu juga heran bahwa kalau dulu nenek moyang kita meng-islamkan nusantara, sekarang islam yang akan dinusantarakan. Ehem, nantinya akan dibalut dengan fikih kebhinekaan, maka selesai sudah. Tinggal berdoa, ya Allah bimbinglah daku untuk mengetahui bahwa yang benar itu tetaplah benar dan yang salah itu tetaplah salah. Ya Allah tunjukilah aku jalan yang lurus, jalan yang engkau ridhoi....


Androecia Darwis
Jakarta, 28 Agustus 2015.





 
Read in browser »
share on Twitter Like Yang Sedang Merasa di Atap Dunia on Facebook

Telinga Gatal Cotton Bud Ke Hidung

By Rie on Aug 28, 2015 07:15 pm
PASBERITA.com - Mungkin tidak semua, tapi seringkali kita memberikan solusi terhadap sebuah masalah bukan di akar masalahnya. Ibaratnya gatal di telinga, tetapi hidung yang digaruk, sehingga masalah bukannya selesai, malah semakin bertambah.

Lalu apakah ini ada kaitannya dengan perilaku mahasiswa di masa lalu yang nota bene adalah calon-calon pemimpin  bangsa? Mari kita lihat, di awal kuliah untuk mahasiswa baru biasanya dilakukan ospek, dulu namanya perploncoan. Betul-betul diplonco, sehingga outputnya adalah rasa sakit hati terhadap senior. Mereka disuruh melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, di luar akal sehat karena terkadang disertai kekerasan fisik. Tak bisa dipungkiri situasi ini melahirkan generasi pendendam.

Kemana dendam tersalurkan? Sayangnya bukan pada tempat yang tepat, sasaran pelampiasan adalah mahasiswa berikutnya, yaitu mahasiswa baru. Ini jelas merupakan anomali, lain yang berbuat lain pula yang menerima akibat. Salah sasaran yang dipiara bertahun-tahun, dan akhirnya membudaya. Lain yang gatal lain pula yang di garuk, maka tak heran ketika akhirnya mereka menjadi pemimpin kelak, budaya salah asuhan tetap lestari.

Dan apakah kebiasaan ngeles serta budaya kambing hitam yang sering dipertontonkan akhir-akhir ini akibat pendidikan salah asuhan tersebut? Wallahualam, belum ada risetnya. Terasa ada, namun terbukti belum.

Androecia Darwis
Jakarta 25 Agustus 2015





 
Read in browser »
share on Twitter Like Telinga Gatal Cotton Bud Ke Hidung on Facebook

23 Persen Remaja Setuju Sex Pranikah, Fraksi PKS Dorong Perda Ketahanan Keluarga

By Rie on Aug 28, 2015 07:09 pm
PASBERITA.com - Membaca hasil survei yang dipublikasikan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tentang persepsi remaja usia 15 sampai 24 tahun terhadap hubungan seksual, dimana dari 61.886 responden usia tersebut, 23 persennya menyatakan kesetujuannya melakukan hubungan seksual dengan teman dekatnya sebagai bukti cinta, membuat Anggota Komisi V DPRD Lampung, Ahmad Mufti Salim angkat bicara.

Melalui sambungan telepon, Jum'at (28/8) Mufti menyampaikan bahwa jika benar metodologi survei yang dilakukan tentu ia sangat prihatin mengingat dalam struktur demografi Lampung, jumlah total penduduk di usia 15 – 24 tahun atau 1.390.500 jiwa sesuai dengan sensus BPS tahun 2013. "Artinya jika kemudian digeneralisir maka 23 persen dari jumlah total penduduk usia tersebut atau setara dengan 319,8 ribu jiwa setuju dengan hubungan seksual pranikah tersebut," kata Ketua Kaderisasi PKS Lampung.

Wakil Ketua Fraksi PKS Lampung inipun mengungkapkan bahwa Lampung sesungguhnya memiliki Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya. Menurutnya, jika peraturan daerah ini secara konsekuen dan konsisten dilaksanakan, tentu penyimpangan-penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan agama dan budaya dapat diminimalisasi bahkan dihilangkan. Apalagi peraturan daerah tersebut mengikat semua pihak yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah, baik pemerintah daerah, masyarakat termasuk keluarga didalamnya, juga satuan pendidikan, pendidik serta peserta didik.

"Dari total usia 15-24 yang berjumlah 1,39 juta jiwa, terdapat usia sekolah di range 15-19 tahun berjumlah 707.236 jiwa yang terikat dengan Perda Nomor 5 Tahun 2012, sehingga jika perda tersebut secara konsekuen dan konstituen dilaksanakan, Insya Allah akan ada dampak positif," ungkap mantan Pimpinan DPRD Lampung Tengah periode lalu.

Sementara itu, Ketua BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) Ade Utami Ibnu menyampaikan bahwa di samping peran pendidikan dasar dan menengah begitu penting dalam kaitannya pembentukan karakter dan kepribadian anak tentu keluarga sebagai basis terkecil dalam struktur relasi sosial di masyarakat juga harus dikuatkan.

"Keluarga sebagai struktur sosial terkecil di masyarakat harus dikuatkan, keterbukaan antar keluarga harus didorong dan orang tua sebagai pemimpin keluarga harus mendorong aktivitas-aktivitas produktif putra-putri mereka sebagai saluran energi mereka yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri," kata Ade.

Ade yang juga Ketua Fraksi PKS Lampung, menyatakan bahwa untuk menyempurnakan keberadaan Perda Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya, juga dalam upaya menguatkan peran keluarga sebagai basis terkecil dalam struktur sosial di masyarakat, Fraksi PKS sedang memperjuangkan hadirnya Peraturan Daerah tentang Ketahanan Keluarga.

"Tingginya persepsi tentang kewajaran hubungan seksual pranikah dengan alasan pembuktian cinta, membuat kami harus menguatkan peran keluarga dalam tumbuh kembang generasi emas Lampung dan Indonesia. Dan salah satu ikhtiar kami, adalah dengan mendorong lahirnya Peraturan Daerah  tentang Ketahanan Keluarga di Provinsi Lampung," pungkas Ketua Pemenangan Pilkada PKS Lampung ini.  (*)





 
Read in browser »
share on Twitter Like 23 Persen Remaja Setuju Sex Pranikah, Fraksi PKS Dorong Perda Ketahanan Keluarga on Facebook




Recent Articles:

Abdul Hakim-Muchlido: Nomor Urut 2 Insyaallah Nomor Victory
PKS Tolak Rencana Hapuskan Syarat Bisa Berbahasa Indonesia Bagi TKA
DPR Minta Bank Permudah Penyaluran Dana PIP
Muzzammil: Mentalitas "NPWP" Jadi Sandungan Demokrasi Sehat
DPR Pertanyakan Sikap Pemerintah Bebaskan PPN Hiburan Malam






This email was sent to dwiBaz.ngakngik@blogger.com
why did I get this?    unsubscribe from this list    update subscription preferences
pasberita.com · jakarta, indonesia · jakarta 13620 · Indonesia

Email Marketing Powered by MailChimp

Posting Komentar

 
Top