| | By Dedi Mustofa on Aug 10, 2015 02:05 pm PASBERITA.com - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah meminta Pemerintah melakukan investigasi mendalam untuk menyelidiki alasan harga daging masih melambung tinggi di beberapa daerah pasca Lebaran. "Pemerintah harus investigasi menyeluruh. Harus ada perbaikan sistem, kemarahan pedagang ini harus dimaknai sehingga tata kelola daging bisa dilakukan dengan baik," ujar Fahri di Jakarta, Senin (10/8) seperti dilansir rmol.co. Menurut wasekjen DPP PKS tersebut, penyebab harga daging belum turun terletak pada tata kelola di Kementerian Perdagangan, bukan di Kementerian Pertanian. Kementan, lanjutnya, telah berhasil meningkatkan produksi sapi lokal, meski di satu sisi belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. "10 tahun terakhir sebenarnya ada upaya swasembada secara masif. Produksi petani meningkat dan sejalan dengan meningkatnya produksi peternak lalu ada impor. Berbahaya ketika produksi meningkat dan keran impor dibuka sehingga stok banyak dan harga jatuh. Nah tapi sekarang katanya sebaliknya, produksi peternak tetap meningkat tapi impor mungkin tidak dilakukan," lanjutnya. Atas alasan itu, Fahri meminta Kemendag membuka kembali impor sapi dari luar negeri. Ini lanjutnya, karena kebutuhan daging sapi sudah tidak bisa dipenuhi oleh peternak lokal. "Pemerintah investigasi, terutama Mendag karena beri izin itu Mendag, bukan menteri pertanian karena mereka cuma produksi dan selama ini sukses kok produksi," tuturnya. (*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Aug 10, 2015 01:42 pm PASBERITA.com - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menilai manajemen pemerintah untuk stok daging sapi dalam 3 bulan terakhir tidak tertata dengan baik. Hal ini menyebabkan tingginya harga daging sapi. "Karena kejadian saat ini merupakan kelalaian kebijakan 3 bulan sebelumnya. Pemerintah harusnya malu, menjelang peringatan kemerdekaan RI ke-70, malah dihiasi dengan situasi penjajahan akan tingginya harga pangan," kata Andi Akmal, di Jakarta, Senin (10/8). Politisi PKS dari daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan (Sulsel) II itu mengungkapkan, dalam satu pekan kenaikan daging sapi sampai tiga kali di tingkat pemotongan hewan. Dengan tingginya harga daging ini, lanjut Andi Akmal, akan membuat rasionalisasi bagi para pedagang besar daging untuk mengklaim bahwa pemberian izin impor sebesar 50.000 ekor sangat jauh dari kebutuhan. Karena sebelumnya, para importir mengajukan kuota impor sebanyak 250 ribu ekor untuk kuartal tiga 2015. "Saya sangat berharap, pemerintah dapat segera memberi solusi terhadap tingginya harga daging sapi ini tanpa adanya impor lagi. Jika opsi Impor tetap dilakukan, maka para peternak yang mempersiapkan momentum Idul Adha akan semakin terpuruk pada beberapa bulan ke depan," ujar Andi Akmal. Andi Akmal juga menjelaskan bahwa setengah kebutuhan nasional daging diserap di wilayah Banten, Jakarta dan Jawa Barat. Artinya, apabila terjadi gejolak harga atau kelangkaan daging, yang paling merasakan dampaknya adalah wilayah-wilayah tersebut. "Contohnya di sekitar Bandung Raya, seluruh pedagang daging sapi sampai mengajukan mogok jualan mulai Sabtu hingga Rabu mendatang, ini yang membuat pemerintah setempat harus melakukan operasi pasar daging," tutur Andi Akmal. Lebih lanjut Andi Akmal memaparkan, saat ini harga dipasaran masih terlalu tinggi, yakni mencapai Rp120.000 sampai dengan Rp130.000 per Kilogram (Kg). Menurut Andi Akmal, harga wajar seharusnya maksimal Rp90.000 per Kg. Meski begitu, Andi Akmal mengapresiasi beberapa pemerintah daerah (Pemda) yang berinisiasi menggelar operasi pasar dengan penjualan harga daging Rp90.000 per Kg.(*)
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar