| | By Rie on Sep 23, 2015 11:55 am PASBERITA.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), yang juga anggota kloter haji biasa yakni Kloter 67 JKS, dijadwalkan Rabu (23/9) siang ini akan Khutbah Arafah di maktab (tenda)-nya. Aher bersama rombongan akan memulai prosesi inti kegiatan haji ini setelah berangkat ke Arafah dari Mekkah sejak Selasa (22/9) pagi waktu setempat dengan menggunakan bis yang digilir tiga shift. Dalam laporan langsung dari Mekkah oleh Sekpri Gubernur, Ade Sukalsah, kepada Humas Pemprov Jawa Barat, Rabu (23/9) pagi ini, Aher berangkat dan kemudian berbaur bersama di tenda tanpa ada pelayanan khusus. "Tidak ada pelayanan yang dikhususkan di tenda reguler, kaya miskin, tua muda, pejabat atau bukan, termasuk juga yang dirasakan Gubernur Jabar," katanya melalui surel. Khutbah Arafah adalah adalah puncak dari prosesi kegiatan inti haji yakni Wukuf di Arafah yang akan digelar Rabu siang ini waktu setempat. Khutbah ini juga menjadi prosesi yang terakhir dilakukan dalam ibadah haji terakhir (haji wadda) Rasullah SAW pada 10 Hijriah. Menurut Ade, Maktab 69 tersebut menjadi saksi kebersahajaan Aher yang selain Gubernur, juga Amirul Hajj bagi jamaah Jabar. Selain bercengkrama, Gubernur juga makan-minum bersama jemaah, serta tidur dan terjaga beralas karpet seperti umumnya dilakukan jemaah biasa. "Padahal begitu sampai, cuaca Arafah di siang hari saat ini terasa sangat terik yaitu sekitar 42 derajat celcius. Untungnya tahun ini sudah ada tiga unit Air Conditioner di tenda jemaah reguler," kata Ade. Karpet pun cukup memadai. Hanya sayang, lanjut Ade, kondisi toilet masih minim yakni hanya 20 unit bagi laki-laki dan 20 unit bagi perempuan yang diperuntukan bagi satu maktab (sekitar 3000 jemaah). Dia melanjutkan, tadi malam hujan turun rintik disertai angin yang cukup kencang, sehingga memicu kekhawatiran sebagian jemaah sehubungan beberapa tenda nampak goyah diterpa angin kencang. "Syukur ini tidak berlangsung lama dan di sepertiga malam jemaah menikmati sajian hawa yang lebih lebih adem. Angin sepoi mengiringi kekhusu'an para hamba yang rukuk, sujud dan tilawah, yang larut dalam doa dan istighfar," sambung Ade. Gubernur Jabar menyatakan kebahagian dan kegembiraannya menjalani semua prosesi tersebut, terlebih semuanya dijalani dengan pelayan reguler. "Alhamdulillah, selepas dzhuhur para tamu Allah akan disaji jamuan Allah. Allah berbangga di hadapan para malaikat dengan hambanya yang bersimpuh memohon di hari ini. Selamat datang wahai hari yang disaksikan," timpal Aher. Dengan jumlah jamaah Jabar 29.888 orang yang terbagi dalam 68 kloter, Gubernur Jabar yang merangkap Amirul Hajj Jabar ini berangkat dari Bekasi pada Rabu (16/9) lalu dan tiba di Jeddah (17/9). Aher kemudian melakukan banyak aktivitas, mulai dari mem-briefing petugas haji hingga menjenguk keluarga korban crane asal Jawa Barat. Aher sendiri tergabung dalam Kloter 67 berisikan sejumlah jamaah dari Sukabumi, Subang, Majalengka dan Kota Bandung. Dijadwalkan, Gubernur yang berangkat bersama Istri akan tiba di Indonesia pada 3 Oktober mendatang. (*)
Read in browser » By Arif A on Sep 23, 2015 09:45 am PASBERITA.com - Orang Indonesia ternyata lebih lengket dengan smartphone ketimbang menonton TV maupun radio. Dalam catatan lembaga riset GfK, tercatat 61% warga di kota Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar. Rata-rata pemakaian smartphone mereka 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Kebiasaan menggunakan smartphone malah lebih lama dibandingkan saat mereka melihat televisi yang cuma menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit saja. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan khususnya di bidang teknologi informasi komunikasi (ICT), fast moving consumer good (FMCG), dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen. "Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen," ujar Guntur Sanjoyo, Managing Director GfK Indonesia, dilansir detikINET, Rabu (23/9/2015). Media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan. Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak. Namun, sekarang seiring dengan perkembangan internet dan connected device kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop, tablet dan ponsel. Karena itu, kata Guntur dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi terutama di kelas menengah di Indonesia telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi untuk memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media. Hal ini dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini. Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Guntur, GfK memperkenalkan Crossmedia Link yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi.Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, Internet, pendapatan iklan dan e-commerce. Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan , Inggris dan Italia. Salah satu indikasi bisa dilihat dari data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta orang. Belum lagi potensi pasar smartphone yang diprediksi bisa mencapai 120 juta unit per tahun dimana saat ini baru 40 juta unit per tahun. Diluncurkannya GfK Crossmedia Link (GXL) ini untuk menjawab perkembangan teknologi yang demikian pesat. "Dalam era digital seperti sekarang ini menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor," ujarnya. GXL ini menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar termasuk desktop, smartphones dan tablets. Caranya dengan membenamkan sebuah software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop). "Saat ini telah dilakukan uji coba dimana ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik," ujar William S Kusuma, GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia. Dengan kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal. Para merk dan pengiklan bisa memasang target, memonitor dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda. Di Indonesia, Croosmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. "Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan diantara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini," pungkas William. (*)
Read in browser » By Dedi Mustofa on Sep 23, 2015 06:38 am PASBERITA.com - Anggota Komisi XI DPR RI Ecky Awal Mucharam menyarankan pemerintah agar belajar dari melesetnya asumsi dasar APBN-P 2015. Hal ini terkait dengan target asumsi makro yang telah disepakati pemerintah bersama Komisi XI DPR RI dalam rapat kerja di Komplek Senayan Jakarta, Selasa (22/9) malam. "Pemerintah harus belajar dari pengalaman realisasi APBN-P 2015 yang banyak meleset dari asumsinya. Jangan ada lagi kegaduhan-kegaduhan politik dari mulai intrik antar penegak hukum, hingga perang statemen di publik antar menteri yang membawa sentimen negatif kepada publik dan pasar," jelas Ecky dalam siaran persnya, Selasa(22/9). Selain itu, menurut alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini, pemerintah harus mendorong belanja negara yang efektif, jangan terlambat seperti sekarang. "Anggaran perlu terserap dengan baik sebab belanja pemerintah akan memberi stimulus bagi perekonomian. Serta pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat dan memberikan dukungan yang maksimal bagi sektor riil," tambah Ecky. Ecky mengakui ke depan kondisi eksternal perekonomian global sedang jelek cuacanya, "Tapi jangan hanya bisa mengeluh, sebab pemerintah masih punya ruang untuk bermanuver," katanya. Rapat kerja yang dihadiri oleh Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, serta Gubernur BI telah menyepakati asumsi-asumsi makro yang menjadi dasar penyusunan RAPBN 2016 tersebut sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi 5,3%, target inflasi 4,7%, rata-rata nilai tukar rupiah Rp13.900 per dollar AS, serta suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5%. Adapun target terkait indikator pembangunan ialah penurunan angka kemiskinan menjadi 9%-10%, gini ratio sebagai indikator kesenjangan menjadi 0,39, tingkat pengangguran sebesar 5,2-5,5%, serta IPM sebesar 70,10 Menanggapi hal ini, Ecky mendorong pemerintah agar bekerja keras untuk merealisasikan hal tersebut. "Walau saya melihat angka-angka tersebut masih cukup ambisius, namun saya berharap semoga bisa tercapai. Syaratnya adalah pemerintah harus konsisten memperkuat kepercayaan pasar dan publik. Pemerintah harus fokus dan bekerja sama dengan BI untuk mewujudkanya," pungkas Ecky dari Fraksi PKS ini. (*)
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar