| | By Arif A on Jan 19, 2016 01:50 pm PASBERITA.com - Perakit televisi asal Karanganyar, Jawa Tengah, Muhamad Kusrin akhirnya mengantongi Sertifikasi Produk Pengguna Tanda (SPPT) SNI Cathode Ray Tube TV. Menteri Perindustrian Saleh Husin, yang menyerahkan sertifikat tersebut mengatakan Kusrin bisa menjadi konglomerat. "Dengan menjual 150 unit televisi per hari seharga Rp500 ribu, berarti pendapatannya Rp75 juta per hari.Wah, bisa jadi konglomerat," kata Saleh usai memberikan sertifikat tersebut di Jakarta, Selasa seperti dilansir Antaranews (19/01). Dalam kesempatan tersebut, Saleh mengapresiasi UD Haris Elektronika milik Kusrin, karena televisi buatannya dinyatakan lolos uji di Balai Besar Barang Teknik. Selain itu, tv rakitannya juga dinilai patut dijadikan role model bagi para pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) lainnya. Alih-alih menjadi konglomerat, saat meraih Sertifikat SNI, Kusrin justru sedang kehabisan modal, karena ratusan televisi rakitan pria lulusan SD tersebut dimusnahkan. Kasus tersebut terjadi lantaran warga Jatikuwun ini dinilai berbuat kriminal dengan memasarkan produk televisi yang dirakit sendiri tanpa Sertifikat SNI. Namun, ia tak patah arang, dengan menggenggam Sertifikat SNI, Kusrin bertekad untuk mempekerjakan kembali 25 pegawainya dan memproduksi tv rakitannya yang sudah memenuhi standar. "Modal habis. Tapi, saya memikirkan 25 pegawai saya. Jadi, saya akan berusaha bangkit lagi. Tapi ya mikir dulu," ujarnya. (*)
Read in browser » By Arif A on Jan 19, 2016 10:35 am PASBERITA.com - Teknologi perangkat lunak text-to-speech saat ini memang dapat dikatakan telah berkembang sangat pesat untuk membantu penyandang tunanetra dalam menggunakan tablet atau komputer. Namun, perangkat lunak text-to-speech masih memiliki kelemahan dibandingkan huruf braille dalam menampilkan informasi mengenai gambar berpola. Untuk itu, peneliti dari University of Michigan tengah mengembangkan sebuah tablet braille dengan harga terjangkau yang dapat membantu penyandang tunanetra memahami gambar berpola. Dan untuk diketahui, tablet braille yang ada saat ini merupakan produk yang mahal, tidak ringkas, dan berat.
Mengutip informasi dari lamanWired, Senin (18/1/2016), tablet ini akan menggunakan material yang berbeda dengan tablet braille pada umumnya.
Jika tablet saat ini menggunakan pin plastik yang digerakkan mesin, tablet braille ini menggunakan cairan atau udara untuk mengisi gelembung yang akan menciptakan pola braille. Nantinya, gelembung tersebut dapat diraba pengguna untuk membaca isi informasi.
Cara ini diklaim dapat menghemat penggunaan ruangan dari tablet itu sendiri, sehingga ukuran tablet dapat dibuat tidak terlalu besar. Tak hanya itu, informasi yang ditampilkan pun disebut lebih kompleks daripada perangkat tradisional.
"Penyandang tunanetra hanya memiliki akses ke satu baris teks dalam perangkat digital saat ini," jelas Alexander Russomanno, peneliti dalam proyek ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika hanya ditampilkan dalam satu baris teks, tulisan akan makin sulit dibaca, apalagi jika berbentuk informasi grafis atau informasi spasial. Karenanya, para peneliti mengembangkan tablet ini.
Di samping itu, teknologi ini sekaligus ingin membuka akses bagi penyandang tunanetra untuk memahami bidang matematika dan sains yang memang sangat terbatas. Jadi, nantinya penyandang tunanetra dapat melihat informasi grafis dari sebuah statistik, misalnya performa tim sepakbola favoritnya. Demikian dikutip dari liputan6.com. (*)
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar