| | By Rie on Mar 15, 2016 11:24 am PASBERITA.com - Saat ini Kabupaten Bekasi butuh pemimpin yang mau mendengarkan aspirasi masyarakatnya. Dengan cara kongkow atau nongkrong bareng dengan seorang pemimpin. Seperti halnya Bakal Calon Bupati Bekasi 2017 yang saat ini menjabat Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Kabupaten Bekasi, H. Syamsul Falah, M.Ec. "Kalo soal nongkrong bareng Pak Syamsul, mah kita sering, tapi dia kalo ngopi cuma menghormati bapak-bapak saja. Kebanyakan pa Syamsul lebih suka air putih," ungkap Nur Akbar salah seorang warga Desa Setiadarma, Tambun Selatan, Selasa (15/3) pagi. Lebih lanjut Nur mengatakan bahwa Syamsul Falah type orang yang selalu tepat waktu dalam hal beribadah. "Pak Syamsul asyik diajak ngobrol, yang jelas sholat lima waktunya selalu tepat walau jalan kemanapun," tambahnya. Nur mengakui dirinya kenal Syamsul Falah belum terlalu lama karena berbeda pandangan politik dan partai, bahkan bisa terhitung belum genap satu tahun. "Saya kenal beliau bulan puasa kemarin, partai saya berbeda, kita bisa lihat kinerja pak Syamsul deh," ungkapnya. Banyak hal yang melatar belakangi warga seperti Nur Akbar ini mendukung penuh Syamsul Falah untuk menjadi Calon Bupati Bekasi 2017, selain kesederhanaannya. "Saya dukung pak Syamsul karena beliau, jujur, pinter, bersih, sederhana, merakyat dan jiwa sosialnya tinggi," pungkas Nur. (Rie)
Read in browser » By Rie on Mar 15, 2016 06:51 am PASBERITA.com - Perjalanan istimewa saya lakukan Ahad (6/3) lalu ke Muara Gembong. Mengapa istimewa? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, karena daerah yang dikunjungi jauh dari perkotaan dan pusat pemerintahan Kabupaten Bekasi. Kedua, karena di wilayah tersebut, saya menyaksikan langsung aksi Lutung Jawa yang kini terancam punah.
Soal Lutung Jawa ini menjadi perhatian khusus saya. Betapa tidak, 20 tahun lalu dengan mudahnya orang-orang yang berkunjung ke pesisir Muara Gembong melihat aksi Lutung Jawa yang menarik dan menggemaskan. Saat pagi kita akan mendengar hewan berbulu lebat itu bersahut-sahutan.
Kemudian kita akan terpesona ketika menyaksikan mereka menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bagaikan pemancing. Dengan ekornya itu, kepiting dibantingnya ke pohon bakau hingga mati lalu dagingnya dilahap.
Namun itu dulu. Kemarin, saya tak lagi mendengar suara khas mereka, "kaik..kaik..kaik…" Suasananya senyap. Dan saya pun tak bisa lagi melihat lakon binatang berbahasa latin trancypitecus auratus itu menangkap kepiting. Semuanya seperti menghilang ditelan ombak pesisir.
Mengapa Lutung Jawa terancam punah? Ada hasil peneltian menarik yang dibuat oleh Pusat Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia tahun 2009. Mereka meneliti wilayah Pesisir Muara Gembong berdasarkan Studi Kelautan Pelestarian Ekosistem Hutan Bakau. Salah satu sebabnya adalah akibat terjadinya perubahan ekosistem yang menuju kehancuran di sana.
9Bayangkan saja, menurut data mereka, luas wilayah hutan bakau dalam kurun waktu 66 tahun (1943-2009) telah mengalami penyusutan hebat dengan tersisa hanya 16,27 persen. Penyusutan ini berbanding lurus dengan menurunnya populasi hewan yang hidupnya di hutan bakau seperti Lutung Jawa.
Saatnya kita peduli. Jangan biarkan Lutung Jawa punah. Dan munculnya relawan-relawan yang bertujuan menyelamatkan kepunahan ekosistem di Muara Gembong sangat patut kita apresiasi dan dukung.
Saya sendiri melihat salah satu skema penyelamatan Lutung Jawa dan pesisir Muara Gembong adalah dengan membangun ekoturisme. Konsep ini akan memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan (melalui pelestarian bakau dan faunanya), di bidang ekonomi (melalui pemberdayaan kelompok tani pembibit bakau, pemberdayaan warga lokal untuk pengolahan produk bakau dan perikanan) serta sosial (melalui kegiatan sosial pendidikan dan sanitasi kesehatan bagi warga lokal serta pendidikan lingkungan bagi para pengunjung/ wisatawan).
Semoga…
H. Syamsul Falah, M.Ec Cabup Bekasi 2017
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |
Posting Komentar