| | By Rie on Jun 21, 2016 02:56 pm Yang Terserak dari Hikmah Syamsul Falah : Mr Family Man, Piano di sudut Rumah dan Pintu Kamar Mandi yang Rusak PASBERITA.com - Kurang dari satu jam dari jadwal berbuka puasa ketika saya tiba di depan sebuah rumah. Rumah bercat gelap, atau karena suasana senja yang remang entahlah. Tapi untuk ukuran seorang pakar ekonomi syariah berkualitas nasional, rumah ini jauh dari persangkaan saya. Kelewat sederhana. Setelah saya sempat bertanya pada lelaki yang sama-sama baru saja tiba, "Benarkah ini rumah ustadz Syamsul Falah ??" Lelaki itu senyum meng-iya kan. Saya mengucap salam. Sebelum di persilakan masuk, saya menebar pandang, di pekarangan rumah yang seadanya. Nyaris tanpa tanaman hias. Elegan dan bersahaja. Masuk keruang depan saya di sambut tuan rumah, Ummi Endang Aminawati dengan ramah. Saya memperkenal kan diri, " Saya Sri Suharni, dari ReLi..." Ummi Endang tertawa, " Tulisan tentang bapak, lebayy....." Saya nyengir. No hurt feeling sama sekali. Sebab udah ke sekian kali orang bilang tulisan saya lebay. Sudahlah. Nama nya juga curcol. Kalo di bilang lebay, senang saja, arti nya tulisan nya di baca. Hihihi....**wearing sun glasses. Duduk di sudut ruangan yang lumayan luas, perasaan saya satu, hangat. Bukan karena gerah ga ada AC nya. Tapi saya melihat ruangan ini sinergi dengan pemilik nya, orang -orang yang hangat , humble dan terbuka. Bukan emak-emak keder yang ga pede an macam saya, its mean so much. Saya merasa "di terima". Interior rumah yang elegan, tapi tak berkesan mewah. Dinding yang di hiasi dengan foto-foto keluarga, saya melihat, Syamsul Falah termasuk tipikal Mister Family man. Such a good dan sweet father. Di sudut ruangan di depan saya, ada sebuah piano. Ini bikin saya sedikit tersenyum sumringah. Bukan nya jadi pengen nyanyi di iringi piano, tapi, saya melihat, beliau juga orang yang suka seni. Orang yang suka dengan seni, biasa nya rileks, humoris, tidak kaku, tidak jaim, rendah hati, dan terserah kalo stempel lebay ndeplak lagi ke saya, beliau adalah orang yang mampu menyembuhkan luka hati dengan baik. Singkat cerita, ketika masuk waktu maghrib, setelah menikmati hidangan pembatal puasa, kami yang akhwat di persilakan sholat di ruang sebelah. Sebuah ruangan serba guna, ada kamar mandi di dalam nya untuk tempat kami berwudhu. Dan ehm, dengan pintu melaminto yang sudah terlihat berlubang di bagian pegangan pintu dan bagian bawah. Kelar sholat , kami dipersilakan makan malam yang sangat istimewa, bukan karena lauk nya yang melimpah dan mewah. Ini masakan lumayan bersahaja dan home made. Cita rasa nya beda. Ada dua pilihan menu tersedia, nasi dengan sayur sop, dendeng, ayam goreng dan tahu-tempe. Atau roti jala dengan kuah kare kambing. Lengkap dengan sambal, lalap timun dan kerupuk. Makan malam yang di selingi bincang-bincang akrab. Saya ngobrol dengan Ummi Endang. Ummi tanya-tanya. Ga nyangka, seorang emak rumahan yang tamatan SMA, bisa nulis curcol kayak saya. Ummi bilang, kalo beliau ingin salah satu anak nya bisa jadi penulis. Yang pena nya tajam penuh hikmah. Ahh....wearing sun glasses again lah rasa nya. Ummi juga bercerita, bagaimana beliau sekeluarga merasa ikhlas dengan semua yang telah terjadi pada diri mereka. Dan mereka akan tetap cinta pada dawah dan jamaah ini. Amanah bukan sebuah nikmat. Jabatan bukanlah sebuah berita gembira untuk di syukuri. Ini sebuah pembebanan dan ujian berat. Ini bukan sebuah harapan buat beliau. Ini penugasan. Bila penugasan hanya sampai pada branding, dan itu sudah selesai. Saat nya kita kembali kepada tujuan awal, dawah dan melayani umat, dengan amanah yang saat ini masih ada di pundak. Ummi Endang juga berkisah bagaimana Ustadz Syamsul Falah tetap beraktivitas seperti biasa, menemui kolega dan rekan. Belanja kepasar sambil menemui para pedagang yang sudah di anggap seperti keluarga, bahkan menyetrika pakaian yang akan di kenakan dua putri cantik mereka. Benar kira nya penilaian saya, ustadz Syamsul Falah adalah mister Family man. " Bapak yang memilihkan bahan pakaian buat kami. Menentukan model yang pas buat satu persatu anggota keluarga yaaang....sesuai dengan kepribadian mereka masing-.masing, lalu pergi ke penjahit langganan keluarga" . Ruuuaaarrr biasa. What a good gentleman father. Huhuhuhu..... Sungguh makin kagum saya dengan suami istri ini. Saling mengisi, saling menguatkan, kompak dalam melewati semua rintangan. Syamsul Falah adalah orang besar yang tak membutuhkan orang lain untuk membuat nya "besar". Pengalaman, kemandirian, tempaan masalah, telah membuat beliau menjelma menjadi pribadi yang utuh. Mampu bersikap dewasa, tenang dan menenangkan. Perjalanan panjang beliau di jalan dawah, telah membuat beliau menemukan hakikat kehidupan. Kekecewaan tak mampu membuat tumbang. Keberhasilan tak akan membuat mabuk kepayang. Orang yang tak memaksakan diri menutup kekurangan, tidak perfeksionis, dan bisa menerima kesalahan dan kekurangan orang/ institusi lain. Ini fakta di balik pintu kamar mandi yang rusak, namun tak mengganggu fungsional nya secara keseluruhan. Sebuah sistem masih bisa berjalan, dengan kelemahan yang di miliki oleh para pemain di dalam nya. Akhir kata, saya bersyukur kepada Allah telah di perkenalkan Tuhan dengan sosok beliau ini. Sepenggal kisah Ummi Endang dan ustadz Syamsul Falah akan terbingkai apik di dalam sanubari. Lekat. Menjadi tauladan hidup yang sangat berarti bagi kisah hidup saya saat ini juga di masa nanti. Barakallah ustadz. Bila kesabaran dan keikhlasan mu adalah cahaya, ia telah memancarkan sinar nya dengan sempurna. Menjadi penunjuk jalan dalam terjal nya perjalanan sebuah partai dawah yang penuh intrik dan fitnah liar yang menerpa nya. Saya yang hanya seorang emak biasa, dengan otak dodol nya mencoba berbagi, dari secuil permata peradaban yang saya temui di sebuah persimpangan keraguan yang sempat menghinggapi benak ini. Masih ada, bahkan masih banyak sosok-sosok manusia langit di jamaah ini yang masih istiqomah menggenggam misi utama manusia dimuka bumi. Menjadi khalifah yang memelihara risalah Ilahi.
#maks
Read in browser » Recent Articles:
| | | | | |