Berita terkini

Menjadi Delegasi Termuda Mewakili Jawa Barat dalam Forum Indonesian Youth Conference

By Rie on Dec 12, 2015 08:06 pm
PASBERITA.com - SMA identik dengan masa yang paling indah. Begitu banyak kenangan mulai dari cinta, teman, hingga sekolah. Banyak siswa yang datang hanya untuk formalitas mengisi hari-hari. Bukan untuk belajar, tujuan kaum muda di masa ini biasanya untuk bertemu teman, kemudian senang-senang dan melupakan pelajaran. Mengobrol dengan teman sebangku, lalu membiarkan guru berceloteh bak angin lalu. Begitu indah masa SMA ini, hingga para pemuda lupa mencari prestasi. Kemudian mereka menyesal, dan meminta waktu kembali. Sayang, nasi tlah menjadi bubur, sesal tiada arti.

Berbeda dengan siswa SMA lain, Alsha Merancia(18) siswi SMAN 1 Bogor ini memiliki cerita menarik. Aktif di organisasi sekolah maupun luar sekolah tampaknya tidak mengganggu nilai akademik yang menjadi kewajibannya. Perempuan yang kerap dipanggil Alsha telah menjadi delegasi termuda mewakili jawa barat dalam forum indonesian youth conference di Jakarta pada November 2014 silam. Forum Indonesian Youth Conference adalah Konfrensi kepemudaan yang digagas oleh Sinergi Muda yang tujuannya untuk memberikan pembekalan pengetahuan dibidang softskill maupun akademik kepada setiap perwakilan di tiap daerah di seluruh Indonesia. Setelah diberikan pembekalan selama 7 hari di Jakarta, para perwakilan tiap daerah diminta untuk melakukan suatu aksi sosial yang dapat memberikan perubahan ke arah lebih baik untuk daerah yang mereka wakilkan. Forum ini terbuka untuk pemuda yang dikategorikan berumur 17-24 tahun, dan Alsha mampu mengalahkan ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia, yang mana ia juga tlah mengalahkan mahasiswa dan mahasiswi yang usia nya sudah terpaut jauh diatasnya. "Awalnya aku takut dan minder karena masih SMA, tapi setelah mengikut rangkainnya, aku sadar bahwa umur bukan tolak ukur kemampuan kita untuk berprestasi" tuturnya. Perempuan berdarah padang ini menambahkan, setelah mengikuti forum tersebut ia mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah di seluruh indonesia, banyak pengalaman juga banyak relasi. Sebagai komitmen nya dengan pihak Sinergi Muda, sekarang Alsha sedang fokus untuk membuat kegiatan sosial bakti donor darah yang direncanakan akan diselenggarakan di desa daerah dramaga pada bulan januari mendatang. Kegiatan ini akan ia lakukan bersama teman-teman SMA nya yang beranggotakan sekitar 20 orang.


5 kali mengikuti lomba debat, 5 kali menang


Agaknya tahun 2014-2015 merupakan tahun emas untuknya. Alsha yang awalnya tidak sengaja diajak teman untuk lomba debat, menolak dengan alasan belum punya pengalaman. Namun karena sang teman terus meyakinkan dan menyarankan untuk learning by doing membuat Alsha berubah pikiran. Alsha memutuskan untuk ikut dan membentuk satu tim yang terdiri dari tiga orang. Perlombaan debat pertama tersebut pada bulan maret 2014 di Universitas Juanda Ciawi, bertemakan ekonomi-politik tim Alsha dan kawan-kawan yang awalnya belum melek politik menjadi mau tidak mau harus banyak mencari refrensi, informasi isu politik serta literatur-literatur ilmu yang berkaitan. Lomba tersebut berlangsung selama dua hari. Memang rezeki tak kemana, tim pendebat amatiran ini mendapatkan juara dua. Senang bukan main, rasanya seperti mimpi bisa mengalahkan tim debat dari SMA se-kabupaten dan kota Bogor. Tak berhenti disitu, merasa memiliki passion di bidang debat dan merasa nikmat telah mendapatkan hadiah lomba berupa uang, membuat mereka merasa tertantang untuk mengikuti perlombaan serupa lainnya yang lebih advance, yaitu tingkat nasional. Tepatnya di Mei 2014 pada ajang "national governance days" yang diadakan oleh fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas padjajaran. "Jalan mulus buaha dari batu kerikil yang berjatuhan"  benar memang pepatah tersebut. Perlombaan kali ini ternyata memiliki beberapa hambatan. Tak lain dan tak bukan adalah faktor uang. "Waktu itu, kita pengen banget ikut. Tapi karena kita di bogor dan acaranya di jatinangor, keingan tersebut sempat terhambat di biaya dan akomodasi. Kita harus mikirin tiket travel, penginapan, konsumsi disana, dan uang pendaftaran lomba itu sendiri. Uang tersebut akan diganti full oleh sekolah jika kami juara satu. Jika kami juara dua atau tiga, uang tersebut diganti setengahnya. Dan jika kami tidak menang, kami menanggung semua nya dengan biaya pribadi" Ungkapnya. Ketika ditanya bagaimana kelanjutannya, alsha menceritakan "yang aku dan teman-teman pikirkan saat itu hanya bagaimana caranya kami menang dan harus juara satu. Karena hadiah untuk juara satu adalah uang senilai tiga juta, otomatis pembiayaan kami kesini akan balik modal. 'Datang untuk menang' begitulah prinsip dari timku. Tidak bisa dipungkiri bahwa perlombaan tingkat nasional ini sangat sengit. Sehingga tidak ada toleransi untuk malas-malasan. Selama tiga hari perlombaan, kami sibuk membaca mencari informasi dari malam hingga pagi. Betul pula kata pepatah "hasil tidak akan membohongi proses" apa yang telah kami perjuangkan, pada akhirnya terbayar manis. Tim kami mendapat juara 1 dan aku pribadi menjadi the best speaker"

Aktif organisasi di sekolah maupun luar sekolah berbuah beasiswa selama setahun


Tidak hanya itu, perempuan berdarah minang ini aktif organisasi di sekolah maupun luar sekolah. Sehingga tak heran jika alsha dikenal sebagai anak yang supel dan memiliki banyak teman. Di luar sekolah, ia menjadi salah satu anggota dari ngo imago(inspirasi muda bogor). Ngo ini bergerak di bidang youth-social, goalnya adalah meminimalisir angka tawuran pelajar di kota bogor. Dari organisasi inilah, alsha mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar satu juta rupiah selama setahun. Di sekolahnya sendiri, ia aktif dan menjabat sebagai bendahara umum organisasi pramuka.
Singkat cerita, seperti itulah cerita tim redaksi kami dengan Alsha, ada yang tertarik untuk mengikuti jejak Alsha, girls?





 
Read in browser »
share on Twitter Like Menjadi Delegasi Termuda Mewakili Jawa Barat dalam Forum Indonesian Youth Conference    on Facebook

Perayaan Hari Guru, Formalitaskah?

By Rie on Dec 12, 2015 07:56 pm
PASBERITA.com - "Pelita dalam kegelapan, patriot pahlawan bangsa" mereka menyebutnya. 25 November diperingati sebagai hari guru di Indonesia. Acara pemotongan tumpeng dengan pembukaan lagu hymne guru lazim diadakan. Guru, penunjang penting dalam dunia pendidikan. Ia merupakan 'motor' dari proses pembelajaran. Namun, yakinkah kita bahwa keberadaannya di hargai oleh murid-murid dan kerja kerasnya diapresiasi lebih besar oleh pemerintah Indonesia?

Kembali pada perjalanan saya 2 minggu lalu ke sebuah museum yang bertempat di bilangan Jakarta Pusat, tepatnya Museum Art Mon Décor. Ada sebuah lukisan guru yang sedang mengajarkan lagu hymne guru, kemudian dari kiri bawah ada seorang murid yang menghapus lirik tersebut. Semua orang mempunyai makna berbeda dalam mengambil kesimpulan dari gambar ini, dan saya menangkap bahwa ini adalah gambaran bagaimana kondisi generasi muda dalam menjalani sistem pendidikan saat ini dan  mereka yang kurang menghargai posisi guru.

Guru, sosok paling penting dalam dunia pendidikan. Entah mengapa saya merasa di Indonesia keberadaannya kurang dihargai. Mengacu pada negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, gaji seorang guru berada pada peringkat-peringkat atas. Bahkan, di Inggris, gaji guru lebih tinggi dibandingkan Perdana Mentri sekalipun. Di Finlandia, proses seleksi untuk menjadi guru harus melewati beberapa test yang ketat, sejajar dengan memasuki fakultas hukum maupun kedokteran. Guru juga diberi kebebasan dalam menentukan kurikulum, text-book, hingga metode pengajaran dan evaluasi. Negara-negara maju berani investasi besar-besaran untuk pendidikan. Mereka pun membiayai pendidikan guru hingga mendapat gelar master. Situasi yang berbeda terjadi di Indonesia. Kita selama ini sibuk meledek, memberi julukan, mengeluh  jika diberi  tugas, dan parahnya selalu saja ada yang berharap guru tidak hadir mengajar. Padahal, kita tidak akan mungkin langsung seperti ini tanpa mereka. Agakanya statement ini  cukup klise dan sering diulang-ulang, tapi memang benar begitu adanya.  Dan ketika kita sudah sukses pun pernahkah kita teringat bahwa kesuksesan yang kita dapatkan saat ini tak lepas dari peran guru. Beberapa dari kita pasti ada yang menyangkal dan berpendapat bahwa kesuksesan yang mereka peroleh sekarang merupakan buah hasil dari kerja keras mereka. seolah-olah tidak pernah ada peran guru dalam kesuksesan tersebut. Murid-murid akan terus berdatangan setiap tahun, menimba ilmu, menempuh jenjang lebih tinggi, mengejar cita-cita masing-masing, sementara guru hanya akan terus berada di sekolah itu mengulang-ulang hal yang sama untuk diajarkan kepada kita.

Mungkin ada baiknya kita intropeksi diri mengapa guru kurang dihargai oleh murid di Indonesia. Pembelajaran yang diterapkan di Indonesia adalah pembelajaran satu arah, dimana guru menerangkan dan murid mendengarkan. Mungkin-mungkin dua arah, ketika guru melemparkan kesempatan untuk murid yang ingin bertanya. Akan tetapi, konsep tersebut justru membuat sosok guru sebagai 'orang yang serba tahu' sehingga, seolah-olah tidak ada kebebasan murid untuk memberikan feedback. Adapun kasus yang lain, guru-guru yang kurang open-minded, tidak mau di kritik dan suka memberikan hukuman berupa fisik. Kesan guru yang menakutkan inilah yang akhirnya membuat anak-anak tidak enjoy dalam menjalani proses pembelajaran. Padahal, lingkungan yang menyenangkan lebih penting daripada konten padat konsep. Karena, lingkungan akan mempengaruhi daya serap murid terhadap ilmu yang diberikan. Jika ilmu tersebut dikemas dengan baik tapi murid tidak merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran, maka yang ada hanyalah seperti kata pepatah 'masuk kuping kiri, keluar kuping kanan'

Kembali mencontoh proses pembelajaran dari negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik, mereka menggambarkan peran guru sebagai sosok 'teman'. Baik teman untuk diskusi, bertanya, mengingatkan dan mengawasi. Proses pembelajaran dua arah, selalu ada feedback. Diskusi adalah modal utama, karena dengan diskusi, kita bisa menganalisa segala sesuatu dari beberapa sudut pandang, secara otomatis murid-murid akan memiliki kemampuan berpikir kritis. Lingkungan belajar yang fun dan tidak banyak tekanan tugas yang memforsir membuat murid merasa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.

Sebenarnya, kurikulum 2013 atau yang biasa disebut kurtilas, merupakan kurikulum yang mantap, dimana di dalamnya terdapat pendidikan karakter dan pendidikan self aware. Self aware yang dimaksud adalah situasi dimana anak didorong untuk belajar mandiri, tetapi tetap tanpa menghilangkan peran guru. Sayangnya, implementasi dengan konsep tidaklah sinkron. Beberapa orang berpendapat hal ini terjadi karena terlalu terburu-burunya Mentri Pendidikan dalam membuat perubahan, sedangkan kondisi guru dan anak murid belum siap menerima perubahan tersebut. Statement tersebut bisa jadi benar, namun jika kita ingin menunggu kesiapan guru dan murid, akan memakan waktu yang lebih lama. Dewasa ini negara maju maupun berkembang terus meng upgrade sistem pendidikan kearah yang lebih baik. Jika Indonesia hanya diam dan stuck, maka kita akan tertinggal. Ada baiknya sambil kurikulum ini diterapkan, guru dan murid pun saling belajar menyesuaikan dengan standar kurikulum 2013 yang berlaku. Proses ketimpangan dan adaptasi biasa saja terjadi di dalam perubahan kebijakan. Yang terpenting, kita harus optimis bahwa sesuai dengan target Mentri Pendidikan, Indonesia sistem pendidikannya sebanding denga negara maju di 10 tahun mendatang.

Harapannya, sistem pendidikan Indonesia yang dimotori oleh peran guru dapat menuju kearah yang lebih baik. Kita dapat melihat dan membandingkan proses pembelajaran dan sistem pendidikan yang di terapkan di Indonesia dengan negara yang sudah memiliki penerapan yang baik. Akan tetapi, janganlah diambil seluruhnya mentah-mentah. Perlu diingat lagi bahwa kita memilki perbedaan budaya, maka perlu disesuaikan dengan kondisi kita saat ini. Semoga pendidikan Indonesia bisa lebih baik mengingat pendidikan adalah aspek yang vital.

by: Alsha Merancia





 
Read in browser »
share on Twitter Like Perayaan Hari Guru, Formalitaskah? on Facebook




Recent Articles:

Pilkada Kota Dumai : Pasangan Ikhsan – Komala Unggul Sementara
Mahasiswa Al Azhar Kairo Asal Jateng Meninggal
Andalkan Nurani dan Kejujuran, Kampanye Mantap di Baganbatu Dihadiri Sepuluh Ribuan Massa
Dua Anggota DPRD Bengkalis Masuk Bui
Anggota Dewan Ini Serukan Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas






This email was sent to dwiBaz.ngakngik@blogger.com
why did I get this?    unsubscribe from this list    update subscription preferences
pasberita.com · jakarta, indonesia · jakarta 13620 · Indonesia

Email Marketing Powered by MailChimp

Posting Komentar

 
Top